SELAMATKAN BULUTANGKIS INDONESIA!
“Prestasi Angkat Besi dan Aib Bulu Tangkis”
#MiriSedih membaca judul satu tayangan programdi salah
satu TV Berita swasta. Iya di satu pihak
sebagai penggemar olah raga netral dan rakyat Indonesia penulis harus sepakat
bahkan tersenyum simpul ketika membaca judul tersebut di lama mikroblogging;
tapi sebagai pecinta dan pengikut kejuaraan bulu tangkis (khususnya atlet tanah
air) penulis erasa itu JLEB BANGET, nusuk BGT sampe ke tualng-tulang! Iya, gimana bahasanya aib, yang mungkin itu
pun sudah salah satu istilah yang diperhalus..
Kekalahan Owi/Butet atas Xu Chen/Ma Jin seharri
setelah insiden diskualifikasi Geysia Polii/Meiliana Jauhari seakan
menggenapkan keapesan PBSI. Hasil ini
sebetulnya hanya pelengkap dari serangkaian prestasi minor yang ditorehkan para
pemain Indonesia di berbagai ajang dan level kejuaraan pada era kepengurusan
PBSI di bawah pimpinan yang sekarang *ogah sebut merek*. Karena sebenarnya tanda-tanda ketidakberesan
ini telah terlihat jauh sebelumnya, semenjak pemecatan dan pengunduran diri
atlet papan atas dari PBSI, dua ajang Indonesia Open, Final Super Series, hingga
yang masih hangat tentu saja kegagaltotalan tim Indonesia di ajang bergengsi
Thomas-Uber Cup. Sudah tim Uber
hampir-hampiran tidak lolos ke babak utama, ehh..Tim Thomas untuk pertama
kalinya sepnjang sejarah gagal melaju kefase Semi Final. Masalahnya dimana? Pemain? Pelatih? Atau di
pembinaan dan pengurus?
Jarang sih yang menyudutkan pemain dan pelatih karena
ya bagaimanapun prestasi mereka selain berasal dari skill individu dan motivasi
pribadi yang bersifat internal, juga mesti ditunjang oleh dukungan dari factor eksternal
semisal pembinaan yang baik (regenarasi dan peningkatan jumlah jam terbang),
perhatian yang mumpuni (dalam hal ini terutama fasilitas fisik dan jaminan
kesejahteraan baik di dalam maupun luar kompetisi). Oke, pemain pun ada andilnya terutama dari
segi mental dan stamina. Ini dua PR
utama yang sekaligus jadi momok bagi kebanyakan atlet kita. Kan tidak jarang sudah unggul jauh bisa
terpangkas bahkan beberapa kali terkejar oleh lawan, hal yang rada mustahil
dilakukan oleh atlet kita. Nah, tapi
balik lagi, pengurus juga berperan besar dalam membina mental dan fisik
pemain. Caranya? Digenjot lewat berbagai
program latihan misalnya.
Sekarang kalau para pengurus berdalih, sudah…sudah…nah,
buktinya mana? Kan bukan sekali dua kali ketika gelar sudah di depan mata musti
terlepas begitu saja karena kalah stamina sampai poinnya ketinggalan jauh di
set ketiga, aatu bahkan memberikan poin percuma setelah banjir error dalam
kondisi tertekan. Kalau saja PBSI
berbesar hati untuk berbenah diri setidaknya tidak egois dengan hanya
mementingkan diri sendiri sehingga enggan melepaskan dii dari jabatan pengurus
dengan hasil minor betubi-tubi, mungkin target mempertahankan tradisi emas bisa
saja terwujud. Tapi, mungin kegagalan
dan kasus ini di sisi lain memberikan hikmah tersendiri yakni agar masyarakat
sadar bahwa olah raga kebanggannya kini tengah berada di titik nadir. Dan, lebih jauh kesadaran masyarakat ini
mendorong gelombang ‘masukan’ bagi PBSI agar segera melakukan evaluasi
besar-besaran. Dan, yang terpenting
jangan sampai evaluasi itu hanya berhenti di tahap sekedar WACANA.
Kita, masyarakat negeri ini, sudah terlalu lama
dibiarkan kecewa, menanti prestasi yang tak kunjung membaik. Memang dalam sejumlah event masih ada saja
atlet kita yang mengharumkan nama bangsa, seperti pasangan Ow/Butet yang
berhasil mengakhiri paceklik gelar All England.
Tapi, kalau dirunut lagi itu memang sudah dasar atletya mumpuni, bukan
semata-mata kesuksesan PBSI. Toh,
beberapa kali terungkap adanya keluhan mengenai minimnya fasilitas dan
lain-lain dari para penghuni Pelatnas Cipayung.
Sampai kapan kita dibiarkan menunggu untuk lagi-lagi dikecewakan
kesekian kalinya? Ayolah, wahai para pengurus PBSI yang terhormat, jangan
egois. Yuk, evaluasi sejauh mana
keberhasilan kinerja Anda-Anda. Toh,
PBSI ini bukan parpol yang meti dimonopoli.
Jika sudah tak sanggup, tolong berikan kesempatan pada yang lain untuk
mengurusinya. Ya, siapa tahu dengan
begitu akan ada pencerahan bagi Bulu Tangkis Indonesia. Akan ada kebangkitan kembali dari cabor yang
tengah berada di titik nadir ini, nama Indonesia kembali disegani di kancah bulu
tangkis internasional. Semua itu bisa
terwujud jika ada sinergisits antara para pengurus, atlet, pelath, pemerintah
dan tentu saja masyarakat Indonesia itu sendiri. Tapi, PBSI, sekali lagi itu dimulai dari
organisasi yang Anda naungi. Jadi, yuk,
lakukan pembenahan dan bahkan (jika perlu) perombakan total, demi bulu tangkis
Indonesia yang lebih baik. STOP WACANA, IT’S ACTION TIME!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar