Makin hari, makin
banyak aja yang brekelakar kalau penulis ini udah kayak ibu-ibu dalam makna denotatif. Aihh..iya kali semua orang juga bakal
mengalamifase itu walau ada beberapa yang hanya bisa mendapat pangilan itu
tanpa merasakan peran yang sesungguhnya.
Hem..kembali ke penulis. Selalu ada
ibroh ya dibalik berbagai hal. Dalam hal ini, alih-alih ambil pusing sama sisi
yang berlawanan dengan angka plus—anggapan kalau penulis makin terlihat matang (baca:
berumur)—penulis sih cenderung mengambil sisi positifnya ya: sepakat kalau
peulis sudah layak mendampingi dan didampingi seseorang. Seriusan?
Ya kan, itu mungkin hikmah positifnya.
Ya, kalau iya, amiinkan saja. Toh
itu do’a yang positif. Bosen juga ya
melulu dikatain mirip ibu-ibu, yang artinya menyerupai, bukan iya jadi
ibu-ibu. Kan, enak bener adi ibu-ibu
sekalian, ibu yang berpasangan dengan si Bapak.
Ya, gapapa deh jadi Ibu yang berembel-embel semacamibu guru dulu. Itu ka nada Bapak guru sebagai pasangan. Wehehe.
Udah ahh…ini sih Cuma sekedar intermezzo yang gak begitu penting. Cuma intinya, kalau iya udah mantes jadi
ibu-ibu ya semoga status itu buka sekedar panggilan, tapi relaitanya juga
memang segera menjadi status. Semoga. #eehh J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar