Well, hai visitor, udah lama juga yaa penulis
gak mem-posting sesuatu, padahal
penulis masih ada satu resensi film INDONESIA sana Sinema Wajah Indonesia yang
masih dalam bentuk draft dan masih (selalu) belum sempat terselesaikan akibat
selain faktor kesibukan *ceileeeh* juga faktor mood yang sedang tidak
bersahabat.
Naah dalam potingan kali ini, memanfaatkan
momen Saturday night penulis mau
sedikit berbagi kisah yang kalau penulis inget-inget itu suka bikin mesem-mesem
sendiri lah saking entah ya apa ini suatu kepolosan apa suatu kecuekan. Yang jelas sih, kisah ini berhubungan deh
sama malam ahad versi orang-orang, catch it? Yaa, kalau film genrenya romantic comedy kali ya..heu penasaran? Chek this out!
***
Kisah ini berlangsung sekitar lima hingga
enam tahun lalu, emm..pokoknya tahun 2006 pertengahan. Tentang sepasang anak manusia, lelaki dan
perempuan. Perempuannya siapa? Yap
penulis, lelakinya? Teman sekaligus rekan lelaki penulis. Teman dan rekan, lebih tepatnya rekan
seorganisasi. Bukan, sama sekali bukan
rekan hati meskipun ada hubungannya.
Ya, jadi yah konon sang lelaki yang usianya
hanya terpaut tujuh bulan (lebih muda) saja (yang sebenernya teteup aja ya
masalah buat penulis mah—don’t ask why, I
think it’s too personal ya, human right) memiliki satu ketertarikan khusus
sama penulis yang biasa disebut oleh orang-orang sebagai perasaan suka. Indikatornya? Banyak juga sih ya dari mulai
kalau ngobrol nyerempet-nyerempet (you know lah visitor), suka nelfon-nelfon ke
rumah (OMEGOD, jadi nyesel penulis malah masuki nomor rumah di satu formulir,
tapi tarif HP juga kan tahun 2006 belum
se-serba murah meriah sekarang, heu) dengan topik yang kadang-kadaang
terlalu dicari-cari, sampai yang agak unik ya yang bakal jadi inti cerita ini.
Jadi ya, suatu hari, sepulang rapat, si doi
yang notabene secara hirarki oraganisasi berada di atas penulis tiba-tiba aja
menyodorkan satu disket (tahun 2006 ya ketika yang namanya FD belum se-booming
1-2 tahun kemudian, saat disket meski sudah tidak lagi menjadi primadona, tetep
masih dipake). “tolong dicekin dong,” katanya kurang lebih saat itu. Tanpa panjang lebar meski kecurigaan
sedikitnya ada ya penulis ambil saja “kan gak rugi juga ya liatin doank mah,” batin penulis saat
itu. Dengan tanpa ada firasat apa
penulis buka aja ya tuh disket. Ada
beberapa file yang penulis lupa ya pastinya berapa dan apa saja, tapi kemudian
ada satu file berbentuk PPT kalau tidak salah yang agak-agak mncuri perhatian
sekaligus mencurigakan.
Dan, saat penulis buka, jeng jeng jeng,
puisi! “Puisi?” sejuta keheranan
menyergap otak penulis. Well, baca
penulis memutuskan untuk membacanya ya, gimana, penasaran juga. Ketika beres, pelbagai pertanyaan lain
menyusul pertanyaan awal penulis. Isi
pastinya penulis lupa, namun yang jelas isinya kurang lebih menunjukkan semacam
ungkapan perasaan. Perasaan apa?
Entahlah, yang jelas bahasanya sih menyiratkan kekaguman, rasa tertarik, yah
kind a romantic poem with romantic lyrics.
Sejuta perasaan berkecamuk ya di dada dan otak penulis, bodor, lucu,
aneh, curiga, hingga takut dan risih!
Bodor dan lucu karena ya penulis fikir kan
apa-apaan nih, kirain bakal puisi apa gitu yaa..eehh ujung-ujungnya puisi romantic-pop begitoh. Aneh, ya iyalah, apa coba maksudnya masukin
puisi itu di disket itu, jadi itukah inti dari oisi disket itu yang doi
maksud? Curiganya, itu tadi, apa dan
kenapa bisa ada puisi itu di disket itu? Kalau maksudnya emang mau menunjukkan
puisi itu, jadi? Nah, ini dia yang bikin takut. Ya, kebayang atuh kalau maksud
doi emang mau nunjukkin puisi itu kan horor juga bagi penulis secara udah
sangat menganggap teman, dan akhirnya kalau emang itu maksudnya kan malah jadi risih
ujungnya (ya soalnya perasaan penulisnya sangat-sangat biasa aja sama doi jadi
gimana donk, bukannya seneng deh aslinya, risih).
Tapi, poin yang bikin menariknya adalah
sebenernya penulis awalnya gak begitu ngeh loh dengan maksud implicitnya si
doi. Berhubung memang ada data lain yang
emang lebih masuk akal untuk dilihat dan dicek, jadi yaa saat itu penulis
anggap itu mah arsip pribadinya doi yang (tidak) sengaja tersimpan di disket
yang emang baru memori kosongnya masih banyak itu. Dan, udah deh, penulis liat ya udah beberapa
hari berselang pas bertemu kembali sama sang empunya disket, penulis kembalikan
tanpa ada satu firasat lain-lain apa pun alias tiis tiis wae, hahaha!
“Gimana?” komentarnya kalau tidak salah saat
penulis mengembalikan disket-nya? Apanya yang gimana kan ya fikir penulis. Dan nampaknya ya yang gimana itu sebenernya
puisinya. Nah, berhubung penulis ceritanya
gak ngerti dan cenderung pura-pura bahkan tidak mau mengerti ya ditanngapi snetral mungkin sekalipun doi-nya
udah serempet-serempet, as usual. Dari sana udah deh casa close.
Cuma yaa, penulisnya baru ngeh gitu kalau itu
puisi emang kayaknya sengaja ya ditulis dan dimasukkan ke disket itu dan
kemudian disertakan file lain seolah emang iya ada sesuatu yang mesti dicek
disana ataupun sebaliknya ya memanfaatkan dokumen yang hendak diperlihatkan
pada penulis ya sekalian saja dimasukin deh tuh puisi. Yang pasti itu sebenernya kind of a sweet thing yaa, tapi ahh jadi
gararetek aja gitu penulis mah. Apalagi
ya kemarin-kemarin sempet ketemu dan sedikit berbincang lagi sama doi setelah
hampir tiga tahunan gak ketemu dan satu tahunan paling Cuma saling bales senyum
pas ketemu, kalau inget momen itu sungguh bukan Cuma senyum-senyu tapi malah
mau ngakak! Bodor abis lah kisah puisi
itu! Heuu Sekarang ini kita lumayan sering ketemu ya soalnya kita kan masih
berada di bawah naungan satu organisasi yang sama hanya dari segi komunikasi
sudah sama sekali tidak seintens dulu,
doi pun sudah beralih ke lain hati sejak lama (alhamdulillah yak an artinya
penulis tidak menzalimi anak orang lain..heu), adapun kisah puisi itu ya
biarkanlah menjadi bagian dari kisah di masa beger penulis. :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar