Hey,
kalian, mau Tanya donk, kalau kalian ngeceng orang bahkan sampai berani show off-in perasaan kalian di depan
orang yang kalian suka kan kalian
tergolong berani malu tuh ya, tapi pernah kepikiran sampai berani sakit hati
gak? Kalau gak pernah mending jangan dulu main hati sama orang deh kalau
gitu. Bukan apa-apa, kasian sama orang
yang kalian sukain-nya. mending kalau
dia-nya juga punya perasaan yang sama, happy ending lah ya; nah kalau
sebaliknya?
Gak
jarang, orang yang tadinya paling kita suka berubah jadi orang yang paling kita
benci gara-gara kita gak bisa santai dalam menjalankan permainan hati
kita. Perlu bukti? Tanya deh coba sama
diri sendiri seberapa banyak orang yang jadi kalian benci pasca menerima penolakan?
Bagus kalau gak ada. Ada dua kemungkinan
sih, pertama emang mereka nya bisa legowo alias tadi sadar dengan kemungkinan
resiko untuk patah hati dan sakit hari.
Kedua, mereka yang emang perasaannya gak dalem-dalem amat jadi pas ditolak juga gakan sakit hati sakit hati
amat.
Okey,
menyukai orang itu hak asasi yang semua orang juga berhak memilikinya, itu dari
sisi orang yang menyukai. Nah, terus apa
orang yang kita sukai juga gak punya hak asasi yang sama untuk menyukai atau
bahkan tidak menyukai orang lain? Pikirin deh.
Misal gini ya kita disukain orang yang kita dipaksa gimanapun gak bisa
kita suka karena terlanjur suka sama orang lain atau memang bukan tipe kita
misalnya (sangat subjektif ya, jadi jangan sekali-kali berusaha untuk
menyeragamkan selera orang), gimana coba dipaksain juga cuma bakal menghadirkan
perasaan palsu yang lambat laun malah akan menyiksa. Sementara sebagai orang yang menyukai kita
cenderung maksa supaya orang yang kita sukai bales menyukai kita. No
matter what!
Saking
gak relanya ditolak bahkan gak sedikit orang yang tadinya menaburkan puja puji
malah jadi ngelemparin sumpah serapah.
Apalagi –maaf- kaum adam ya.
Mereka gak segan gitu mengata-ngatai sang hawa dengan kasar misalnya,
semacam oral bullying gitu. Mereka mencak-mencak cewek yang nolak mereka
seolah-olah kita ini makhluk yang gak bersyukur udah disukain makhluk Tuhan
paling ngengsian sedunia. Gengsi! Nah
itu dia, gengsi bisa mengalahkan apa pun.
Padahal, hak untuk menyukai dan tidak menyukai adalah milik semua orang
ya, gak peduli yang menyukai atau yang disukai.
Intinya
sih itu tadi ya, kalau kita bisa bermain fair,
artinya berni mneyukai maka berani menanggung segala resikonya mulai dari kenyataan
manis bahwa mereka yang kita sukai itu juga menyukai kita sampai ke kenyataan
pahit bahwa perasaan kita harus bertepuk sebelah tangan ya itulah yang
dinamakan resiko. Yang namanya resiko
sedikt banyak pasti tidak mengenakkan.
Resiko terindah sekalipun hayoh.
Tatkala kita yang awalnya hanya sekedar suka lalu ada reaksil positif
dari orang yang kita sukai pasti sedikit banyak mengundang aksi lebih dari sisi
kita nya bukan? Maka, teori analisis resiko (kalau gak ada, ada-adain aja)
enting ya dalam hak asasi untuk menyukai dan tidak menyukai seseorang ini.
Jangan ada pemaksaan dan jangan suka memaksakan. Hargai perasaan orang lain, kita punya hak
untuk menyukaai dan punya hak untuk tidak menyukai. Sekian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar