Selasa, 15 November 2011

Menanti Tradisi Emas Bulu Tangkis: gak ada loe gak rame!


Seperti sudah menjadi tradisi bahwa tim bulu tangkis Indonesia selalu menyumbang medali sejak keikutsertaannya dalam multi event baik dari skala regional terkecil seperti SEA GAMES (SG) hingga sekala terbesar Olimpiade.  Meski hanya sekeping, namun itu tadi, selama ini cabor yang telah menelurkan banyak atlet kelas dunia belum pernah absen menumbangkan medali emas.  Bukan bermaksud menganaktirikan cabor lain, hanya saja memang berdasarkan fakta sejarah membuktikan bahwa hingga saat ini memang baru bulu tangkis yang mampu konsisten membuat Indonesia Raya berkumandang hingga level Olimpiade.  Adapun cabor Perahu Naga yang Berjaya di ASIAN GAMES (AG) Guang Zhou dua tahun lalu dengan tiga emas nya, masih belum mengukir prestasi di Olimpiade, mungkin di Olimpiade London tahun depan, kita doakan saja. 

Kembali ke bulu tangkis, terakhir di ajang serupa (SG Laos) Indonesia berhasil memperoleh  dari 7 emas yang diperebutkan, satu tahun sebelumnya di Olimpiade Beijing, satu emas berhasil dipersembahkan pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan di ganda putra setelah mengalahkan ganda Cina Cai Yun/Fu Haifeng, dan prestasi membanggakan keduanya kembali diulangi di AG Guang Zhou setelah di final mampu mengetasi perlawanan ketat ganda Malaysia Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong.  Memang saat ini prestasi bulu tangkis kita tengah terpuruk (meski berat mengatakannya, namun memang itulah kenyataannya), terbukti dengan sedikitnya gelar yang mampu diraih dari ajang super series dalam beberapa tahun terakhir, terkhusus tahun ini.  Belum lagi mandeknya prestasi kita di ajang kejuaraan beregu baik Thomas, Uber, ataupun Sudirman Cup.  Sedah berapa lama Thomas hengkang dai bumi pertiwi ini? Sudah berapa dekat usaha kita untuk kembali “mencuri” Uber ke tanah air? Dan kapan kita mampu memulangkan Piala Sudirman, yang sejak diraih pertama kali tahun 1989 lalu dan hijrah dua tahun kemudian, belum juga kembali ke tanah air ini?

Beruntung, dengan semakin terpuruknya kondisi bulu tangkis tanah air yang disebabkan oleh beberapa faktor termasuk faktor utama yang terus menjadi momok sejak dulu : REGENERASI, setidaknya para atlet bulu tangkis kita masih mampu berbicara banyak di ajang multi event yang sarat gengsi.  Iya, ajang multi event bukan lagi semata untuk membuktikan seberapa tangguh dan hebatnya seorang atlet, lebih jauh menyinggung gengsi antar bangsa.  Memang, dalam dunia olah raga, sportivitas amat dijunjung tinggi karenanya meski bersaing satu sama lain, unsur kebersamaan dan perdamaian tetaplah menjadi isu utama yang diusung dalam ajang tersebut.

Kesempatan meraih emas pertama di cabor bulu tangkis, sayang sekali akhirnya mesti dikubur dalam-dalam setelah tim beregu putri kita yang diunggulkan di tempat kedua dipaksa mengakui keunggulan unggulan pertama Thailand 3-1.  Sempat menyamakan kedudukan 1-1 di partai kedua melalui ganda Anneke/Nitya yang sukses menghempaskan perlawanan Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaiku dalam straight set, Indonesia akhirnya mesti takluk setelah Vita/Lili gagal membendung perlawanan Savitree Amitrapai/Saralee Thoungthongkam   di poin-poin terakhir yang mendebarkan setelah di partai sbelumnya Inthanon, tunggal masa depan Thailand yang tengah bersinar, berhasil mempecundangi tunggal kita, Firdasari, dalam tiga set.  Di satu sisi kegagalan ini bisa dimaklumi mengingat lawannya, Thailand, diunggulkan di tempat teratas.  Akan tetapi di sisi lain kekalahan ini menjadi menyakitkan mengingat Indonesia yang mesti diunggulkan di tempat kedua sesungguhnya diuntungkan dengan statusnya sebagai tuan rumah yang tentu saja mendapat dukungan penuh penonton yang sering kali menjadi “musuh” lain bagi tim lawan.  Sangat disayangkan para pemain putri kita tidak bisa memanfaatkan dukungan yang teramat besar dari para supporter Indonesia tsb.

Terlepas dari kegagalan tim putri kita, mari kita berharap target 4 dari 7 emas yang disediakan di cabor tepak bulu ini bisa tercapai, termasuk salah satunya disumbangkan para pahlawan kita di beregu putra, sekaligus menegaskan kembali dominasi Indonesia di ranah bulu tangkis Asia Tenggara.  Apalagi, di SG kali ini, Malaysia tidak diperkuat para pemain utamanya seperti Lee Chong Wei (LCW) dan Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong yang fokus pada Olimpiade London tahun depan.  Maka, akan sangat tidak wajar dan sulit untuk dimaklumi jika kemudian Indonesia kembali gagal menyumbangkan emas di sektor putra ini.  Apalagi keuntungan Indonesia di sini berlipat tidak hanya karena pemain inti Malaysia tidak hadir, tetapi juga karena status Indonesia sebagai tuan rumah, sebagaimana di tim putri.  Pokoknya, tim beregu putra Indonesia WAJIB MENANG dan MENYUMBANG EMAS no matter what!

Anneke/Nitya yang bermain bagus di beregu
Jika satu emas sudah pasti diraih melalui beregu putra ini, tiga peluang emas lainnya tentu akan diperjuangkan dari sektor perorangan.  Tiga sektor yang menurut penulis berpeluang mempersembahkan emas menilik dari hasil pertandingan di beregu dan lawan yang ambil bagian yaitu ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran.  Ganda Putra Indonesia dengan M. Ahsan/Bona Septano serta juara Olimpiade dan AG-nya, Markis Kido/Hendra Setiawan sepertinya sangat berpeluang meraih emas andai saja bisa bermain konsisten dan mengeluarkan kemampuan terbaik, bahkan peluang untuk menciptakan all-Indonesia-final bisa terjadi seandainya hasil drawing tidak mempertemukan mereka dalam satu pool.  Untuk di sektor putrinya, sebenarnya Indonesia akan menghadapi lawan tangguh ganda Thailand dan Malaysia, namun menilik permainan Anekke/Nitya di beregu kemarin penulis cukup optimis mereka mampu menghasilakan prestasi terbaik sekaligus menaikkan kembali pamor dan moral sektor Ganda Putri Indonesia dengan syarat mereka mampu memepertahankan permainan mereka seperti kemarin.  Sementara di Ganda Campuran, penulis rasa, Tontowi/Liliyana masih cukup tangguh jika bermain dalam kondisi normal, adapun lawan terberatnya adalah ganda nomor satu Thailand. 

Inthanon, tunggal masa depan Thailand
Sementara dua emas tersisa, setelah satu emas resmi menjadi milik Thailand, bisa jadi menjadi milik Thailand lagi dan atau Malaysia.  Di tunggal  putri, emas seharusnya menjadi milik Ithanon Ratchanok, kalaupun ada perlawanan pasti berasal dari para pemain tuan rumah yang tentu ingin mempersembahkan yang terbaik di depan publik sendiri.  Sedangkan di tunggal putra, penulis tidak begitu bisa memprediksikan siapa yang akan meraih emas, para tunggal Indonesia sangat berpeluang merebut emas disini, namun tunggal negara lain seperti Malaysia, Thailand, dan bahkan Vietnam pun juga berpeluang menyabet emas di sektor ini.  Tapi, ya semua itu hanyalah prediksi penulis dari kaca mata seorang pecinta sekaligus pengamat amatir bulu tangkis.  Adapun hasil di lapangan nanti akan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk faktor non teknis semacam penonton, mental pemain, stamina, kondisi lapangan (arah angin), dan faktor non teknis lainnya. 



Bagaimanapun hasil akhirnya nanti, berapa total emas yang akan diraih Indonesia dari cabor spesialis penyumbang emas di multi event internasional ini dan siapa yang akan meraihnya, tidak lagi menjadi begitu penting asal cabor ini kembali menyumbang emas.  Okay, total emas yang diperebutkan di cabor ini memang hanya tujuh, jauh lebih sedikit dibanding cabor lain semacam atletik, renang, dayung, serta bela diri yang memperebutkan puluhan keeping emas.  Artinya, maksimal cabor ini hanya akan mampu menyumbang tujuh (enam mengingat satu sudah remi milik Thailand) dari 155 emas yang ditargetkan, artinya hanya sekitar 3-4% saja kontribusinya terhadap perolehan emas total Indonesia nantinya.  Bandingkan dengan sepatu roda yang menyapu bersih 12 emas, taekwondo yang berhasil mengumpulkan 10 emas (dua kali lipat dari target yang hanya 5), pun cabor lain seperti Dayung yang semakin banyak menyumbang medali hingga hari keempat SG ini.  Namun, satu hal yang mesti dicatat, belum lengkap rasanya bila dari sekian emas yang berhasil diraih Indonesia tidak ada satu pun yang disumbangkan dari cabor BULU TANGKIS.  Bagaimanapun, emas dari cabor ini bukan lagi semata demi memperkaya raihan emas Indonesia, melainkan lebih jauh lebih kepada mempertahankan tradisi.  Sekali lagi, tanpa emas dari cabor bulu tangkis, raihan emas Indonesia, bagai penulis pribadi, tidaklah lengkap.  Maka, ayo dukung bulu tangkis Indonesia agar bisa mempersembahkan yang terbaik dan meraih hasil maksimal di ASG ini,  AYO INDONESIA BISA! J



Tidak ada komentar: