Seperti sudah menjadi tradisi bahwa tim bulu
tangkis Indonesia selalu menyumbang medali sejak keikutsertaannya dalam multi
event baik dari skala regional terkecil seperti SEA GAMES (SG) hingga sekala
terbesar Olimpiade. Meski hanya sekeping,
namun itu tadi, selama ini cabor yang telah menelurkan banyak atlet kelas dunia
belum pernah absen menumbangkan medali emas.
Bukan bermaksud menganaktirikan cabor lain, hanya saja memang
berdasarkan fakta sejarah membuktikan bahwa hingga saat ini memang baru bulu
tangkis yang mampu konsisten membuat Indonesia Raya berkumandang hingga level
Olimpiade. Adapun cabor Perahu Naga yang
Berjaya di ASIAN GAMES (AG) Guang Zhou dua tahun lalu dengan tiga emas nya,
masih belum mengukir prestasi di Olimpiade, mungkin di Olimpiade London tahun
depan, kita doakan saja.
Kembali ke bulu tangkis, terakhir di ajang
serupa (SG Laos) Indonesia berhasil memperoleh
dari 7 emas yang diperebutkan, satu tahun sebelumnya di Olimpiade
Beijing, satu emas berhasil dipersembahkan pasangan Markis Kido/Hendra Setiawan
di ganda putra setelah mengalahkan ganda Cina Cai Yun/Fu Haifeng, dan prestasi
membanggakan keduanya kembali diulangi di AG Guang Zhou setelah di final mampu
mengetasi perlawanan ketat ganda Malaysia Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong. Memang saat ini prestasi bulu tangkis kita
tengah terpuruk (meski berat mengatakannya, namun memang itulah kenyataannya),
terbukti dengan sedikitnya gelar yang mampu diraih dari ajang super series
dalam beberapa tahun terakhir, terkhusus tahun ini. Belum lagi mandeknya prestasi kita di ajang
kejuaraan beregu baik Thomas, Uber, ataupun Sudirman Cup. Sedah berapa lama Thomas hengkang dai bumi
pertiwi ini? Sudah berapa dekat usaha kita untuk kembali “mencuri” Uber ke
tanah air? Dan kapan kita mampu memulangkan Piala Sudirman, yang sejak diraih
pertama kali tahun 1989 lalu dan hijrah dua tahun kemudian, belum juga kembali
ke tanah air ini?
Beruntung, dengan semakin terpuruknya
kondisi bulu tangkis tanah air yang disebabkan oleh beberapa faktor termasuk
faktor utama yang terus menjadi momok sejak dulu : REGENERASI, setidaknya para
atlet bulu tangkis kita masih mampu berbicara banyak di ajang multi event yang
sarat gengsi. Iya, ajang multi event
bukan lagi semata untuk membuktikan seberapa tangguh dan hebatnya seorang
atlet, lebih jauh menyinggung gengsi antar bangsa. Memang, dalam dunia olah raga, sportivitas
amat dijunjung tinggi karenanya meski bersaing satu sama lain, unsur
kebersamaan dan perdamaian tetaplah menjadi isu utama yang diusung dalam ajang
tersebut.
Kesempatan meraih emas pertama di cabor
bulu tangkis, sayang sekali akhirnya mesti dikubur dalam-dalam setelah tim
beregu putri kita yang diunggulkan di tempat kedua dipaksa mengakui keunggulan unggulan
pertama Thailand 3-1. Sempat menyamakan
kedudukan 1-1 di partai kedua melalui ganda Anneke/Nitya yang sukses
menghempaskan perlawanan Duanganong Aroonkesorn/Kunchala Voravichitchaiku dalam straight set, Indonesia akhirnya
mesti takluk setelah Vita/Lili gagal membendung perlawanan Savitree Amitrapai/Saralee Thoungthongkam di
poin-poin terakhir yang mendebarkan setelah di partai sbelumnya Inthanon,
tunggal masa depan Thailand yang tengah bersinar, berhasil mempecundangi
tunggal kita, Firdasari, dalam tiga set.
Di satu sisi kegagalan ini bisa dimaklumi mengingat lawannya, Thailand,
diunggulkan di tempat teratas. Akan tetapi
di sisi lain kekalahan ini menjadi menyakitkan mengingat Indonesia yang mesti
diunggulkan di tempat kedua sesungguhnya diuntungkan dengan statusnya sebagai
tuan rumah yang tentu saja mendapat dukungan penuh penonton yang sering kali
menjadi “musuh” lain bagi tim lawan. Sangat
disayangkan para pemain putri kita tidak bisa memanfaatkan dukungan yang
teramat besar dari para supporter Indonesia tsb.
Terlepas dari kegagalan tim putri kita,
mari kita berharap target 4 dari 7 emas yang disediakan di cabor tepak bulu ini
bisa tercapai, termasuk salah satunya disumbangkan para pahlawan kita di beregu
putra, sekaligus menegaskan kembali dominasi Indonesia di ranah bulu tangkis
Asia Tenggara. Apalagi, di SG kali ini,
Malaysia tidak diperkuat para pemain utamanya seperti Lee Chong Wei (LCW) dan
Koo Kien Kiet/Tan Boon Heong yang fokus pada Olimpiade London tahun depan. Maka, akan sangat tidak wajar dan sulit untuk
dimaklumi jika kemudian Indonesia kembali gagal menyumbangkan emas di sektor
putra ini. Apalagi keuntungan Indonesia
di sini berlipat tidak hanya karena pemain inti Malaysia tidak hadir, tetapi
juga karena status Indonesia sebagai tuan rumah, sebagaimana di tim putri. Pokoknya, tim beregu putra Indonesia WAJIB MENANG
dan MENYUMBANG EMAS no matter what!
![]() |
Anneke/Nitya yang bermain bagus di beregu |
Jika satu emas sudah pasti diraih melalui
beregu putra ini, tiga peluang emas lainnya tentu akan diperjuangkan dari sektor
perorangan. Tiga sektor yang menurut
penulis berpeluang mempersembahkan emas menilik dari hasil pertandingan di
beregu dan lawan yang ambil bagian yaitu ganda putra, ganda putri, dan ganda
campuran. Ganda Putra Indonesia dengan
M. Ahsan/Bona Septano serta juara Olimpiade dan AG-nya, Markis Kido/Hendra
Setiawan sepertinya sangat berpeluang meraih emas andai saja bisa bermain
konsisten dan mengeluarkan kemampuan terbaik, bahkan peluang untuk menciptakan
all-Indonesia-final bisa terjadi seandainya hasil drawing tidak mempertemukan
mereka dalam satu pool. Untuk di sektor
putrinya, sebenarnya Indonesia akan menghadapi lawan tangguh ganda Thailand dan
Malaysia, namun menilik permainan Anekke/Nitya di beregu kemarin penulis cukup
optimis mereka mampu menghasilakan prestasi terbaik sekaligus menaikkan kembali
pamor dan moral sektor Ganda Putri Indonesia dengan syarat mereka mampu
memepertahankan permainan mereka seperti kemarin. Sementara di Ganda Campuran, penulis rasa,
Tontowi/Liliyana masih cukup tangguh jika bermain dalam kondisi normal, adapun
lawan terberatnya adalah ganda nomor satu Thailand.
![]() |
Inthanon, tunggal masa depan Thailand |
Sementara dua emas tersisa, setelah satu
emas resmi menjadi milik Thailand, bisa jadi menjadi milik Thailand lagi dan atau
Malaysia. Di tunggal putri, emas seharusnya menjadi milik Ithanon
Ratchanok, kalaupun ada perlawanan pasti berasal dari para pemain tuan rumah yang tentu ingin mempersembahkan yang terbaik di depan publik sendiri. Sedangkan di tunggal putra, penulis tidak
begitu bisa memprediksikan siapa yang akan meraih emas, para tunggal Indonesia
sangat berpeluang merebut emas disini, namun tunggal negara lain seperti Malaysia,
Thailand, dan bahkan Vietnam pun juga berpeluang menyabet emas di sektor
ini. Tapi, ya semua itu hanyalah
prediksi penulis dari kaca mata seorang pecinta sekaligus pengamat amatir bulu
tangkis. Adapun hasil di lapangan nanti
akan sangat dipengaruhi oleh banyak faktor termasuk faktor non teknis semacam
penonton, mental pemain, stamina, kondisi lapangan (arah angin), dan faktor non
teknis lainnya.
Bagaimanapun hasil akhirnya nanti, berapa
total emas yang akan diraih Indonesia dari cabor spesialis penyumbang emas di
multi event internasional ini dan siapa yang akan meraihnya, tidak lagi menjadi
begitu penting asal cabor ini kembali menyumbang emas. Okay, total emas yang diperebutkan di cabor
ini memang hanya tujuh, jauh lebih sedikit dibanding cabor lain semacam
atletik, renang, dayung, serta bela diri yang memperebutkan puluhan keeping emas. Artinya, maksimal cabor ini hanya akan mampu
menyumbang tujuh (enam mengingat satu sudah remi milik Thailand) dari 155 emas
yang ditargetkan, artinya hanya sekitar 3-4% saja kontribusinya terhadap
perolehan emas total Indonesia nantinya.
Bandingkan dengan sepatu roda yang menyapu bersih 12 emas, taekwondo
yang berhasil mengumpulkan 10 emas (dua kali lipat dari target yang hanya 5),
pun cabor lain seperti Dayung yang semakin banyak menyumbang medali hingga hari
keempat SG ini. Namun, satu hal yang
mesti dicatat, belum lengkap rasanya bila dari sekian emas yang berhasil diraih
Indonesia tidak ada satu pun yang disumbangkan dari cabor BULU TANGKIS. Bagaimanapun, emas dari cabor ini bukan lagi
semata demi memperkaya raihan emas Indonesia, melainkan lebih jauh lebih kepada
mempertahankan tradisi. Sekali lagi, tanpa
emas dari cabor bulu tangkis, raihan emas Indonesia, bagai penulis pribadi,
tidaklah lengkap. Maka, ayo dukung bulu
tangkis Indonesia agar bisa mempersembahkan yang terbaik dan meraih hasil
maksimal di ASG ini, AYO INDONESIA BISA!
J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar