
![]() |
Tim Bulu tangkis Putri Thailand Memamerkan Medali Emasnya |
Kekalahan
ini bagi penulis pribadi sebagai pecinta badminton tentu sama sekali tidak
menyenangkan, namun untuk dikatakan menyakitkan pun sebenarnya tidak terlalu
karena pada dasarnya hasil ini untuk saat ini bisa dikatakan sebagai hasil terbaik.
Sedari awal, Indonesia memang diunggulkan di tempat kedua di bawah
Thailand, sang peraih emas. Penentuan
posisi unggulan ditentukan oleh akumulasi peringkat para pemainnnya. Jika kemudian kita berada di peringkat kedua,
artinya secara keseluruhan peringkat pemain kita berada di bawah pemain
Thailannd. Fakta ini sedikit banyak membuktikan bahwa hari ini
prestasi Badminton Indonesia, khususnya di sektor putri, belum bisa kembali
setangguh dahulu bahkan tidak lebih tangguh dari era Piala Uber lalu. Postingan ini penulis buat sama sekali bukan
untuk kepentingan provokasi atau lebih jauh untuk menebar pesimisme serta
bentuk sinisme pada Badminton Indonesia.
![]() |
Pasangan Senior, Vita Marissa/Liliyana natsir yang kembali berpasangan setelah cukup lama "berpisah" |
Sungguh,
penulis adalah salah satu pecinta badminton Indonesia yang telah tersihir oleh
permainan para atlet sejak era Taufik Hidayat baru menginjak usia sweet
seventeen. Penulis masih ingat betapa
antusianya penulis menyaksikan partai menegangkan antara aa Opik dengan pemain Cina
di partai kelima set ketiga Thomas Cup, partai penentuan yang akhirnya
Alhamdulillah dimenangkan aa Opik sehingga lagu Indonesia Raya pun
berkumandang. Ada sebuncah kebahagiaan
yang mengaliri dada ini, aahh…betapa membahagiakannya masa-masa itu. Kalau tidak salah ingat, saat itu tahun 1998,
ketika penulis masih duduk di kelas 3 SD.
Opik, yang kala itu masih sangat muda, tengah on fire on fire nya hingga
ia meraih emas di Olimpiade Athena 2004 dan ASIAN GAMES Doha 2006. Penulis pun masih terngiang masa-masa
kejayaan ganda campura Nova/Lili, mulai dari awal mereka dipasangkan hingga
mencapai masa jayanya dan kini telah “diceraikan” dan punya pasangan
masing-masing. Lili, yang dulu sempat
main di ganda putri juga, kini hanya fokus di ganda campuran berpasangan dengan
pemain muda Tontowi Ahmad. Sementara
Nova, kini telah “rujuk” dengan pasangan lamanya, Vita Marisa. Pun begitu dengan regenerasi di sector ganda
putra mulai dari era Chandra Wijaya/Sigit Budiarto, Alvent Yulianto/Luluk
Hadiyanto, Markis Kido/Hendra Setiawan, hingga era Mohammad Ahsan/Bona Septano.
Kembali ke hasil Final Badminton Beregu Putri SG XXVI, hasil ini bagi
penulis pribadi menjadi suatu bukti shahih bahwa badminton, olah raga
kebanggaan masyarakat Indonesia, kini tengah mengalami penurunan prestasi yang
jika dibiarkan akan membuat badminton Indonesia, terutama di sector putri,
semakin terpuruk. Apalagi kini banyak
negara-negara Asia dan bahkan Eropa yang sudah mulai menyeriusi cabor yang satu
ini. Belum lagi Cina yang semakin
superior dan makin sulit ditembus oleh negara lain disertai massif dan rapatnya
regenerasi pemain badminton Cina. Jangankan
dalam wilayah yang luas semisal Asia atau Dunia, untuk skala dan regional lebih
sempit, di tingkat ASEAN ini saja, kita sekarang ini sudah mulai terlewati oleh
Malaysia dan Thailand.
![]() |
Tim Beregu Putri Thailand, peraih emas bulu tangkis beregu putri |
Yah,
meskipun emasnya meleset dan berganti oleh perak, namum bagi penulis hal ini
patut disyukuri. Bagaimanapun
sebagaimana telah disinggung berulang kali di atas oleh penulis, kita tidak
boleh menutup mata bahwa kini prestasi Badmintonn kita, khususnya di sector
putri sedang menurun. Sekali lagi, ini
bukan bentuk sinisme atau pesimisme penulis.
Sebaliknya, postingan ini dibuat sebagai bentuk kepedulian penulis akan
prestasi Badminton tanah air sebagai cabor andalan Indonesia sekaligus favorit
bersama sepak bola. Bagi penulis
kekalahan beregu putri kali ini bukan untuk diratapi terlalu lama atau bahkan
dicaci maki, sama sekali bukan.
Kekalahan ini mesti dijadikan evaluasi bagi PBSI sebagai Pembina
langsung Badminton tanah air serta penyadaran bagi rakyat Indonesia bahwa olah
raga ini mulai pudar kejayaannya sehingga penting bagi seluruh pihak untuk
bekerjasama antara PBSI, atlet, masyarakat, serta media demi kembalinya kejayaan Badminton tanah air. AYO INDONESIA BISA! J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar