Peringatan:
REVIEW ini mengandung SPOILER, jadi yang masih
pengen menyimpan rasa penasarannya disarankan untuk tidak membaca
postingan ini. :D
Rabu
kemarin penulis baru saja menyaksikan film Indonesia terbaru berjudul
“HI5TERIA”. Film horor minus adegan dan
tampilan esek-esek berikut tanpa kemunculan mbak kunti, mas pocong, dkk. Baca beberapa reviews, hasilnya banyak yang
manyambut positif. Meskipun digarap oleh
lima sutradara muda, namun ada nama Upi Avianto di kursi produser sekaligus
mentor kelimanya. Hasilnya? Begini nih kurang lebih “HI5TERIA” yang
terbagi dalam lima segmen cerita ini berkisah….
1 # Pasar Setan
Director : Andrianto Dewo
Cast : Tara Basro, Dion Wiyoko,
Mengisahkan
tentang Sari yang tersesat di hutan saat tengah dalam pendakian bersama sang
kekasih, Jaka. Sari akhirnya suatu hari
bertemu dengan Zul yang terpisah dari dua teman pendakinya yang lain. zul yang iba pada Sari akhirnya bersedia
membantu Sari mencari Jaka. Di tengah pencarian, sampailah mereka ke hutan
terlarang yang bisa membawa kita masuk ke dimenasi waktu yang lain. Sari yang sempat memasukinya udah
memperingati Zul untuk segera meninggalkan tempay itu, namun Zul yang penasaran
malah terus menerobos masuk. Akhirnya
kejadian yang dialami Sari pun terjadi pada Zul. Ia tersedot dalam dimensi waktu yang berbeda,
bahkan dengan Sari. Dia akhir kisah, di
papan penumuman orang hilang di pos pendakian Gunung Dieng dipasang foto Zul
yang diinfokan hilang sejak 2011 tepat di bawah foto lusuh Sari yang tertulis
hilang sejak 1990. Ada apakah sebenarnya
di hutan terlarang tersebut?
2 # Wayang Kulit
Director : Chairunnisa
Cast : Maya Ontos, Sigi Wimala
Synopsis :
Wayang
kulit masih mengmbil daerah Jawa sebagai latar belakang. Adalah Nicole, seorang turis yang tertarik
meliput kisah wayang kulit yang semuanya diperankan perempuan secara tidak
sengaja menemukan konde milik Sigi, salah seorang sinden yang selalu memegangi
pipinya. semenjak itu, ia mulai dihantui
sejumlah teror dari suara-suara misterius juga bayangan dari wayang dengan kuku
tajam yang seolah hendak menerkamnya.
Ditambah lagi, ia sempat tertusuk oleh konde tersebut. Hingga satu hari di tengah pertunjukan wayang
lainnya, ia yang dilanda kecemasan akhirnya memberanikan diri mendekati sisi
‘panggung’ yang diambt tatapan marah sang dalang. Rupanya tusuk konde itu benar-benar membawa
masalah, ketika ia mengejar Sigi yang berlari ke hutan, didapatinya bekas luka
menganga di pipi kiri sang sinden. Belum
usai kekagetannya, sebuah pukulan dari belakang menghilangkan
kesadarannya. Ketika sadar ia sudah terjebak di rumah si dalang
yang memburunya. Sekuat tenaga ia
berusaha berontak dan keluar dari rumah yang gelap dan bau amis itu, namun
sia-sia bahkan ketika sudah keluar pun
ia tetap harus berhadapan dengan orang yang selama ini ia percayai. Selamatkan ia?
3 # Kotak Musik
Director : Billy ChristianNicholas Yudi
Cast : Luna Maya, Kris Hatta
Synopsis :
Suatu
malam, Farah dan koleganya Rio sedang menjalankan misi berburu hantu di sebuah
bangunan tua. Di tengah-tengah misinya,
Farah mendapati seorang nenek gendut yang berjalan ke arah mereka dan masuk ke
satu ruangan yang menyisakan boneka dan kotak musik yang menarik perhatian
Farah. Rupanya apa yang dilihat Farah
itu tidak dilihat oleh Rio, pun tidak nampak di layar. Namun, Farah yang seorang dosen lulusan
terbaik dari salah satu universitas ternama di luar negeri, menganggap
bahwa itu tidak lebih dari halusinasi
yang mempengaruhi pikiran seseorang.
Maklum saja, ia merupaka seorang yang tidak percaya dengan keberadaan
hantu. Hal ini terbukti dari tulisan
best seller nya dengan judul “There Is No Ghost”. Padahal ini sangat kontras dengan kenyataan
bahwa ia sesungguhnya memiliki kemampuan melihat mereka yang berada di alam
lain. Namun, ego intelektualitas dan logikanya lahh yang membuatnya
mennafikan kekuatannya itu. Perlahan
namun pasti Farah pun tak mampu mengelak lagi dengan “kemampuan istimewa”-nya
semenjak ia membawa pulang Kotak Musik dan Boneka lusuh tempo hari. Akankah Farah “menyerah” untuk (akhirnya)
menerima kemampuannya?
4 # Palasik
Director : Nicholas Yudifar
Cast : Imelda Therine, Poppy Sovia
Synopsis :
Alkisah
suatu waktu di masa lampau, hidup seorang wanita muda yang tengah hamil besar
mendengarkan musik dengan syhadu di suatu senja yang tenang. Tiba-tiba ia yang seorang diri terganggu
dengan kelebatan-kelebatan aneh. Ia pun
bergegas menutup pintu. Namun, saat
pintu hampir saja tertutup sang wanita menjerit sejadi-jadinya, dan adegan pun
beralih ke masa sekarang. Vina yang
tengah hamil besar diajak sang suami yang duda satu anak berlibur ke villa
milik rekan kerjanya bersama-sama sang anak tiri. Villa tua yang terletak di tengah-tengah
hutan ini nampak asri dan tenang sehingga sangat cocok dijadikan tempat melarikan
diri sejenak dari hiruk pikuk Jakarta.
Villa yang dijaga seorang bisu tersebut semakin lama semakin menimbulkan
banyak keanehan bagi Vina. Terlebih
setelah ia secara sengaja tidak sengaja masuk ke satu kamar yang sedari awal
telah diperingatkan terlarang dimasuki.
Di ruangan yang gelap gulita tersebut, ia dalam remang-remang cahaya
korek api menemukan satu buku usang yang ternyata berisi tentang satu ilmu
kanuragan yang disebut Palasik (asal Padang).
Selain itu tergantung pula satu
lukisan pengantin dalam busana adat Padang dengan muka sang istri
tersamarkan. Semakin keanehan menjadi,
semakin penasaran ia sampai akhirnya satu fakta tak terduga menyesakannya. Rupanya keanehan dan berbagai ancaman itu
justru datang dari orang terdekatnya yang ia sadari setelah untuk kesekian kali
masuk ke ruangan terlarang itu. ia pun
sadar bahwa di villa itu ia sesungguhnya sedang bertaruh nyawa. Siapakah sebenarnya yang menginar nyawa
Vina? Dan untuk apa?
5 # Loket
Director : Harvan Agustriansyah
Cast : Ichi Nuraini, Bella Esperance
Synopsis :
Seorang
gadis muda penjaga loket mendapat tugas jaga shift malam di suatu parkiran
gedung yang sangat sepi dan kelam.
Setelah berjibaku membenarkan lampu yang nyala-mati, ia pun mesti
kembali berjibaku mengurusi palang yang tiba-tiba macet. Di tengah usahanya, ia merasakan sejumlah hal
yang menaikkan bulu kuduknya. Keheningan
dan dinginnya malam makin meniutkan nyalinya, apalgi usahanya membetulkan
palang pun masih belum berhasil. Putus
asa, ia pun kkembali masuk ke dalam loket.
Ditemani satu computer usang yang
sudah mulai sering eror, tiba-tiba ia merasa ada yang melempari kaca loket
dengan kerikil. Sekali, dua kali, hingga
setelah sekian kali ia pun penasaran dan bergegas keluar loket menari sumber
lemparan. Ternyata di luar ia malah
menangkap sesosok bayangan wanita yang seperti tengah bermain petak umpet
bersamanya. Mendapati banyangan tersebut
hilang dengan segera, ia pun kembali ke loket.
Lampu tiba-tiba mati, sebuah mobil yang dikendarai perempuan yang
dilihatnya mmelaju ke arahnya, palang masih belum mau terbuka. Ia yang ketakutan berusaha meminta
pertolongan melalui hand phone dan walky talky, sayang semuanya
sia-sia. Si perempuan yang ternyata
telah berumur tersebut sudah tidak ada di mobil, dan dimulailah mimpi buruk si
gadis. Dalam satu titik ketika ia
kehilangan kesadarannya, tiba-tiba ia terbangun dan mendapati sosoknya yang
tengah bertransaksi dengan satpam setempat.
ia pun mengikuti sosok tersebut hingga mendapati sosoknya tengah
terlibat sesuatu dengan wanita yang menerornya tadi? Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Terhitung
sejak Rumah Dara, penulis yang sebenarnya anti film horor atau thriller dan
sejenisnya mulai memberanikan diri untuk menyaksikan genre tersebut dengan satu
syarat yang mutlak mesti terpenuhi: TIDAK SEORANG DIRI. Ya, kalau untuk genre film lain penulis bisa
saja memaksakan nonton seorang diri, akalu untuk tipe ini: AMPUUUUN!
Anyway,
ini film oke BGT lah efek horornya,
kalau pinjem kata-ka temen sih gini “tuh kan horor Indonesia itu mistis BGT,
mending horor Barat deh”. Penulis aja ya
nulis ini sambil nginget lagi adegan filmnya, dan hii…masih kerasa lah efek horornya!
Buat yang ngaku pecinta horor buruan gih ke bioskop terdekat sebelum
terlambat! However, ini film Indonesia
loh, yang masa tayangnya…um….gak akan lebih dari satu minggu aja kalau filmnya
gak laku. Gak laku disini in term of
quantity ya not quality!
O,ya,
seperti biasa ada sejumlah unique things dari film ini yang kali ini bakal
penulis jadiin penutup resensi yang gak kelar-kelar sejak minggu lalu ini…heu
- · Di “Wayang Kulit”, pas adegan tangan Nicole ketusuk itu darahnya entah efek kamera apa gimana jadi lebih nampak oranye dibanding merah selayaknya darah. Jadi kayak tinta magentanya itu loh printer infus…. Heu
- · Setting villa di “Palasik” reminds me of setting “Rumah Dara”. Entah kenapa berasa yakin kalau itu emang rumah yang sama kayak rumahnya bu Dara. Meskipun di “Palasik” sudut pengambilan gambar rumahnya diambil dari sisi depan juga (yang jadi malah mirip rumah “The Perfect House” kalau tampak depan), tapi tetep penulis yakin itu rumah yang sama sama tempat pencacagan tamunya Ibu Dara itu. Nah, apalagi salah satu cast-nya Imelda Therin, si anak bungsunya bu Dara yang suka mancing para ‘mangsa’ itu loh, makin berasa nostalgia “Rumah Dara”! Bedanya sekarang, doi yang dulu pemangsa, kini jadi yang dimangsa!
- · Among five, the most impressive one for me is the first “Pasar Setan”. Gak ada penampakan aneh, gak ada ceceran darah, gak ada suara misteius, tapi terjebak di satu waktu dan tempat yang sama sendirian seterusnya bener-bener waw.
- · The unique thing is that those five stories are directed by five young and talented directors. The fact that only one among five directors who is the girl, and she direct a women-movie “Wayang Kulit”. Women-movie because almost all of the main cast are women except one.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar