![]() |
poster |
Pemain : Cathy Sharon, Bella Esprance, Endy Arfian, Mike Lucock, Wanda
Nizar
Sutradara : Affandi Abdul Rachman
Produser : Vera Lasut
Produksi : vera Lasut Production
sinospis:
Adalah Julie (Cathy Sharon),
seorang guru privat bagi anak berkebutuhan khusus, yang suatu hari kedatangan
ibu Rita (Bella Esprance), wanita setengah baya keturunan Belanda yang
misterius. Ia diminta menjadi guru
pengganti bagi cucunya, Yanuar (Endy Arfian), di kediamannya di pelosok Puncak
setelah Lulu, rekan sekaligus guru Yanuar terdahulu, disinyalir hilang. Julie yang tengah berencana pulang ke Bandung
setelah sekian lama awalnya menolak terlebih karena ia pun mesti menginap di
tempat Ibu Rita yang berarti ia mesti menunda rencana mudiknya. Namun,
setelah berbicara dengan ibu Rita ia pun akhirnya bersedia mengajar Yanuar.
![]() |
Alm. Wanda Nizar |
Keesokan harinya, dengan
diantar Dwi (Wanda Nizar Alm.—beliau meninggal karena sakit bahkan sebelum
sempat menyaksikan filmnya secara utuh), rekan kerja sekaligus sahabatnya, ia
pun akhirnya tiba di rumah ibu Rita yang terpencil nan asri namun
misterius. Saat ia tiba, ia disambut
oleh teriakan seorang ibu (Early Ashi) kepada
ibu Rita. Tidak berlangsung lama, ia pun
segera disambut, dijamu, dan diperkenalkan kepada sang cucu, Yanuar. Julie langsung simpatik begitu berkenalan
dengan Yanuar. Apalagi setelah mereka
memulai pelajaran, ia menjadi paham bahwa Yanuar sebenanrnya sosok yang cerdas,
namun ia pun menjadi prihatin karena ia terlalu dikekang oleh neneknya.
Setelah sekian lama tinggal
di kediaman ibu Rita, yang belakangan minta dipanggil madam, Julie ppun
merasakan sejumlah kejanggalan dalam diri Madam Rita terutama menyangkut Yanuar. Mulai dari Yanuar yang tidak dibelikan
maninan, dilarang bermain keluar rumah sampai-sampai rumah pun dikunci saat
Madam Rita tidak di rumah hingga kemarahan sang nenek jika ia enggan
menghabiskan makanannya. Ia pun makin
curiga saat menemukan kumpulan artikel berisi kabar hilangnya orang-orang di
sekitar puncak di laci tempat tidurnya sang Madam saat hendak mencari kunci
pagar cadangan bersama Yanuar. Dari sana
ia mulai diliputi rasa penasaran sekaligus kecurigaan pada sang Madam. Terlebih pasca ia berbincang empat mata
dengan ibu yang meneriaki Madam waktu itu, yang kemudian diketahui sebagai ibunda
Lulu yang merasa anaknya hilang secara mencurigakan di rumah tersebut.
Julie yang makin penasaran
dan curiga lantas mulai melakukan investigasi.
Ia meminta Dwi memeriksa meja Lulu, barangkali ada semacam laporan yang
bisa dijadikan salah satu bukti. Selain itu
ia pun mencuri-curi masuk ke dalam kamar Madam untuk melihat kembali
kumpulan artikel menghilangnya sejumlah
orang secara misterius yang pada akhirnya memberikan satu kesimpulan padanya bahwa
Madam Rita berbahaya, dan bahwa ia harus menyelamatkan Yanuar! Ia pun semakin yakin pada kesimpulannya itu
pasca menemukan ibunya Luu telah tewas dan terkubur di hutan belakang rumah,
tempat dimana ia menemukan sejumlah kuburan dan tanpa sengaja menemukan gelang
milik Lulu (yang dikenali ibunya) saat mengikuti Madam Rita beberapa waktu
sebelumnya yang berujung pada gigitan ular hingga membuatnya pingsan. Keyakinannya diperkuat oleh buku catatan
harian Lulu yang secara kebetulan ada di tangan Yanuar. Berdasarkan cerita Julie pada ibu Lulu, di
dalam bukunya Lulu mengungkapkan bagaimana jahatnya Madam Rita.
![]() |
Julie, mengajak serta Yanuar untuk kabur dari rumah neneknya |
Dari sana, Julie yang
sebelumnya telah menghubungi Dwi untuk menjemputnya, bergegas menemui Yanuar
dan memintanya ikut dengannya. Ia merasa
wajib mengeluarkan Yanuar dari rumah yang misterius dengan sosok Madam Rita
yang berbahaya di matanya. Saat hendak
pergi ternyata madam Rita didampingi Yadi (Mike Lucock), pegawai setianya,
sudah berada di depan pintu dan dengan amat manis bertanya hendak kemana
mereka. Madam Rita bahkan memerintahkan
Yanuar untuk kembali ke kamarnya. Julie
yang lengah saat menyaksikan dengan was-was Yanuar digiring kembali ke kamarnya
dipukul dari belakang oleh Yadi hingga pingsan dan saat sadar sudah berada di
gudang bawah tanah.
Sementara itu, Dwi yang baru
saja tiba sesaat setelah dipersilakan masuk menerobos saja masuk saat
mengatahui ada sesuatu yang janggal. Ia menemui
Yanuar yang nampak tengah berbicara dengan seseorang padahal berada seorang
diri di kamarnya, dan memintanya mnegantar ke tempat Julie. Akhirnya, erdua, sampailah mereka di tempat
penyekapan Julie. Dwi yang berusaha
menolong Julie, diserang Yadi hingga terjadi pertarungan yang menewaskan
Yadi. Setelah berhasilm mengelurakan
Julie, bertiga mereka pun kembali ke ruang utama untuk kabur. Sayang kuncinya tertinggal di bawah!
![]() |
Yadi, anak bauh Madam Rita |
Madam Rita kalut menyaksikan
nak buah kesayangannya telah tiada. Dwi yang
hendak mengambil kembali kunci, ditusuk oleh Madam Rita hingga tak
berdaya. Tinggal pertarungan antara
Madam Rita-Julie. Madam Rita meminta
Yanuar untuk ikut dengannya, namun ia menolak, dan Julie pun berusaha
menghalanginya. “Kamu tidak tahu bagaimana
keadaan cucuku yang sebenanrya, nak Julie” begitu kira-kira perkataa yang
sering dilontarkan madam Rita saat sedang berdebat maslah Yanuar dengan
Julie. Julie sama sekali tak menggubris,
baginya Madam Rita lah yang berbahaya dan mengancam keselamatan serta keamanan
Yanuar, siswa cerdas nan polosnya itu. Dalam
pertarungan yang cukup sengit, akhirnya Madam Rita pun terbunuh. Malam itu pun menjadi malam terakhir Julie
dan Yanuar di rumah itu.

![]() |
Endy Arfia, pemeran Yanuar, sang "pemangsa" utama |
*Review Pribadi*
Well, film ini sebenernya
adalah waiting list ke sekian ya secara waktu pas nonton film ini maksudnya mau
nonton film “mestakung’, namun berhubung sudah turun layar di bioskop yang
penulis kunjungi, yaa diantara film-film yang ada film ini paling layak
ditonton deh. Apalagi sempet baca
beberapa preview nya kayaknya ini film cukup menjanjikan dan menawarkan sesuatu
yang lain disbanding film Indonesia kebanyakan.
Genre filmnya juga psychology thriller, kayak Rumah Dara, bukan horror tok
apalagi horror esek-esek gitu. Yah,
boleh dicoba lah. Nah, uniknya pas beli
tiket, widiwww baru dua orang! Padahal itu udah jam 11.45, sementara film
diputer jam 12.15! Padahal ya waktu itu
hari Kamis, 27 Oktober, pas premiere. Bandingin
deh sama Harry Potter yang bahkan sebelum
premiere-nya saja orang udah heboh (perbandingan yang tak sebanding yaa..haha
dasar saia!). Tapi gini deh, itu kamis,
masih masuk waktu normal, harga nomat, lagi premiere, filmnya pun menjanjikan,
tapi kenapa yang nonton minimalis? Miris! Memang, bioskopnya tidak sebesar itu
loh bioskop di mall yang di tengah kota, di pusat jins, apalagi di Sukajadi
sana, tapi masih masuk jaringan 21 kok, cukup nyaman lah tempatnya. Tapi kenapa ya bisa sekrik-krik itu. Dan, pas masuk ke bioskopnya itu yaa, kita
(penulis berdua sama teman) jadi pengunjung perdana! Setelah sekian menit, dateng deh dua penonton
lainnya tadi yang tepat seperti dugaan teman penulis bahwa they are couple
menilik posisi duduknya yang mojok (stereotype orang pacaran tah: mojok). Jadilah biokop milik kita berempat. Penulis yang sebenernya menghindari film-film
yang menegangkan kalo gak rame-rame kontan donk merasa terjebak di ruangan yang
mencekam (halah lebay! Heuu), sementara rekan penulis sih asik-asik aja da
hobinya nonton yang begituan. Jadi, jujur aja nih, di awal penulis sempet gak konsen gitu soalnya terlalu sibuk
menenangkan diri sendiri. Gak lama,
datenglah dua orang bapak-bapak yang duduk besebrangan dengan kita, dan seorang
aa-aa yang duduk di baris keempat dari bawah dekat pintu masuk, disusul
mbak-mbak penjaga loketnya yang juga duduk di baris bawah, yang bikin penulis
bersyukur dalam hati “Alhamdulillah, nambah juga teman bertegang-tegang
ria-nya! Heu”. Maka, mulailah penulis bisa lebih
berkonsentrasi selepas itu.
![]() |
Madam Rita yang karismatik, tegas, dan misterius |
Oke, masuk ke review
penulis. Film ini memang mengingatkan
penulis pada Rumah Dara (RD), namum tentu saja mereka berbeda. Kesamaannya terletak pada sebuah rumah dan
satu keluarga misterius sebagai seting dan tokoh utamnya. Juga, gaya klasik yang ditampilkan
keduanya. Bedanya, di tPH ini darah yang
diobral tidak semembludak di RD. selain
itu, poros ceritanya pun tidak sama. Memang,
keduanya sama-sama menempatkan pemilik rumah sebagai tokoh sentral nan
misterius dengan Nyonya Dara dan Madam Rita-nya, namun toh di tPH ini Madam
Rita bukan sang “pemangsa" utama seperti halnya Nyonya Dara. Di tPH ini, yang dikedepankan adalah unsur
psikologi thiller, yakni kepribadian ganda yang dimiliki Yanuar, sang cucu,
yang awalnya digambarkan sebagai sosok yang simpatik.
Tertipukah Anda? Kalau penulis secara peribadi yaa sudah bisa menebak
bahwa Yanuar lah sang dalang sesungguhnya.
Jika Anda jeli, sebenarnya sang sutradara dan penulis telah memberikan
sejumlah pentunjuk untuk itu. Memang
penulis pun sempat menaruh curiga pada Yadi, namun semakin diikuti semakin
mengarah ya pada Yanuar. Satu hal yang disayangkan, hingga akhir film kita tidak diberi tahu darimana dan bagaimana serta mengapa asal muasal "penyakit" yang diidap Yanuar tersebut. Tapi, silakan Anda tonton sendiri bagaimana kesadisan seorang Yanuar, keanehan seorang madam
Rita, kemisteriusan sosok Yadi, kegigihan sosok Julie. Bagi pecinta film Indonesia, namun tidak
begitu suka film horror seperti penulis, film ini direkomendasikan, karena meskipun
thriller, tingkat ketegangannya masih bisa ditolerir deh bagi kita-kita yang
penakut. :p
Interesting thing
Overall, ini merupakan salah
satu film Indonesia layak tonton. kalau
kata temen penulis, iaya rame sih tapi terlalu panjang di tengah katanya, jadi
klimaksnya gak berasa. Ya, gimana ya
secara dia mah seneng nonton yang tegang-tegang jadi wajar lah. Naah, yang penulis suka juga dari film ini
adalah pemilihan kostumnya, terutama yang diapakai oleh Julie. Warna-warna yang dipilih warna netral, tidak jauh
dari hitam, putih, abu, yang mungkin sengaja disesuaikan dengan mood filmnya
yang temaram, namun perpaduan dan potongannya unik-unik. Belum lagi kostumnya madam Rita, yang retro
sekali. Busana terusan bahan katun
bermotif dan berikat pinggang kecil sangat pas dikenankan oleh Madam Rita yang
keturunan Belanda. Pun dengan interior rumahnya yang sangat klasik dan buram.
Yaah, tapi ada kelebihan
tentu ada sisi lemahnya. Di satu adegan
ya pas Julie-Yanuar habis bermain kejar-kejaran di halaman, mereka duduk dan
saling bercerita tentang orang tua mereka yang sama-sama telah meninggal. Awalnya keduanya, terutama Julie terlihat
berkeringat sekali terutama di bagian leher, namun sejurus kemudian lehernya
kering sama sekali seperti ia baru saja duduk sehabis mandi! Anehh..kenapa ya
selalu ada detail-detail yang terlewat seperti itu di tengah film dengan cerita
dan cast yang (sebenarnya) menjanjikan. Semoga ke
depan di film-film lain yang digadang-gadang berkelas internasional atau
berkualitas lainnya tidak melewatkan detail yang mungkin kecil dan berpotensi
tidak begitu diperhatikan tapi akan cukup menganggu kelogisan dan konsistensi
gambar bagi mereka yang (ternyata) memperhatikannya, sepertipenulis ini.
Akhir kata, mohon maaf bila
resensi kali ini agak berantakan, yang jelas bila penasaran silakan segera
tonton filmnya, jangan sampai menyesal karena keburu turun layar sebagaimana “mestakung”
(huhu—mengingat di premierenya saja hanya ditonton kurang dari sepuluh
orang). Bagi yang tidak setuju dengan
review penulis, mangga ditunggu komennya.
Paling akhir, mari kita dukung terus perkembangandan kemajuan perfilman
Indonesia, jangan beli DVD bajakannya, HIDUP FILM INDONESIA! :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar