Hemmh..sebenernya nih kejadian udah rada lama juga, yah sekitar 2 minggu ke belakang. Cerita ini yah tentang yang nulis nih cerita dong (jadi siapa tah yang dong-dong!?!?!?).
Alkisah di suatu maghrib (ba’da maghrib sih tepatmnya) sang penulis berpamitan pada sang ibunda untuk berangkat ke sebuah kota di luar Bandung sana untuk kepentingan dinas. Sang bunda tidak melarang hanya menganjurkan agar ia berangkat esok subuh saja mengingat hari sudah mulai larut. Namun, sang penulis menolak dengan dalih ia memegang amanah yang cukup penting dalam kegiatan tsb (ceileehh..). Setelah melewati sesi diskusi sejenak (coz dibilang debat juga da enggak sampe gimanaaa tuh) akhirnya ia pun diberi restu oleh sang bunda (thankz mommy ^^). Ia pun bergegas menuju terminal mengingat hari yang sudah semakin sore (magrib kan msih keitung sore, iya kan???). Sebenarnya ia pun awalnya ragu karena ia yang notabene seorang makhluk yang diciptakan dari tulang rusuknya “titisan” nabi Adam kudu menempuh perjalanan yang walaupun tak begitu jauh (Cuma 2 jam ajah) tetap menimbulkan rasa was-was. Pasalnya ia bepergian di malam hari dan seorang diri pula (rekan2 yang laen udah pada duluan pas ashar, truz ada satu yang janjian tapi susah dihubingin n gak da kabar-kabarinya! heu) menuju kota yang walaupun tidak begitu asing (secara udah hamper tiap lebaran nyabanin tuh kota); tetapi tetap saja begitu asing bagi sang penulis yang jelas-jelas bukan penduduk asli kota itu. Namun, demi menunaikan amanah ikatan ia pun memantapkan hati untuk memberanikan diri menempuh perjalanan selama dua jam dari kota yang konon djuluki Paris van Java karena keelokannya di masa lalu (percaya deh kalo ada embel2 masa lalunya coz kalo sekarang mah kyaknya engga tuh!—curahan hati wrga sipil—) ke tetangganya kota tetangga, kota Intan binti dodol! Dan pada akhirnya ia pun berangkat juga.
*naik bus*
Tanpa harus menunggu lama (yah buat ukuran angkutan umum antar kota mah, 30 menit gak lama dehh) akhirnya ia pun memulai perjalanannya. Bus yang hendak ia taikki, telah nangkring dengan manis di seberang terminal menunggu hingga seluruh kursinya terisi. Saat ia menaikki kendaraan antar kota itu, kursi-kursinya telah terisi hamper tiga per empatnya dan ia pun mengambil posisi di sebelah kiri badan bus di kursi yang sebelahnya telah bertengger teteh atau ibu (gak yakin enk, udah malem soalnya! heu) yang sedang menikmati camilannya. Kembali ke awal, 30 menit telah berlalu dan setelah hamper semua kursi terisi (paling tinggal nyisain 1,2,3 kursi kosong) bus pun melaju dengan santainya sampai daerah Cileunyi (sambil nyari calon pengisi kursi kosongnya gituh). Setelah memasuki Rancaekek dan si awak bus yakin bahwa busnya telah penuh, barulah bus melaju dengan kecepatan standar: tidak terlalu ngebut, tetapi tidak terlalu santai juga. Dan seperti biasa, namanya kendaraan umum pasti banyak yang turun naik di tengah jalan (tapi banyakan yang turun nya sih), hingga ketika bus memasuki kawasan Leles, kursi-sursinya sudah cukup lengang. Sang penulis cukup menikmati perjalanannya walaupun ibu-ibu yang duduk di sebelahnya telah turun di daerah Kadungora. Lengangnya bus, basahnya jalanan oleh guyuran gerimis, dan petikan gitar dari musisi jalanan (baca: pengamen, yang entah kapan dan dimana naiknya) membalut gelapnya langit kota yang dialiri sungai Cimanuk ini. Namun sayangnya, sejak memasuki kawasan Nagreg sang Penulis terganggu dengan penyakit “beser” yang tiba-tiba saja menyerangnya, alhasil sisa perjalannya pun dilalui sambil menahan hasrat untuk membuang air kecil yang tertahan sejak Nagreg tadi. Singkat kata, akhirnya bus tiba juga di pemberhentian terakhir: terminal. (alhamdulillah..nyampe juga di nih kota dengan selamat)
*di terminal*
Begitu sang supir menginjak pedal rem yang secara otomatis membuat laju bus terhenti, dengan bergegas turunlah sang Penulis. Dengan menahan rasa ingin membuang air kecil yang sudah menggebu mata nya pun segera berkeliling mengintari sudut-sudut terminal yang sudah gelap gulita (kalo dipikir2 mah serem da! hii)
(bersambung dulu yah, ntar kapan2 diambung lagi..tungguin ajah)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar