Senin, 18 Juni 2012

Final DIOSSP 2012


Tidak terasa Indonesia Open 2012 ini telah mencapai puncaknya.  Diwarnai berbagai kejutan sedari babak babak awal dengan bertumbangannya sejumlah unggulan, comeback-nya Sonny Dwi Kuncoro, dan kesuksesan para pemain yang mesti berlaga dari kualifikasi menembus babak semifinal,  dan kesuksesan pemain unggulan menghentikan langkah unggulan pertama.  Setelah melalui berbagai pertarungan sengit di setiap babaknya, sampailah Indoneisa Open ini pada puncaknya.  10 pemain dari 6 negara berlaga di final kejuaraan yang memperebutkan total hadiah US$ 650.000 ini. 

China, sekalipun banyak pemain unggulannya yang berguguran masih mendominasi dengan menempatkan empat wakilnya masing –masing di Ganda Putri (Wang Xiaoli/Yu Yang dan Qian Ting/Zhao Yunlei), Tunggal Putra (Du pengyu) dan Tunggal Putri (Li Xuerui).  Tuan rumah, Indonesia, menyusul dengan dua wakilnya di Ganda campuran (Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir) dan Tunggal Putra (Simon Santoso).  Empat negara lainnya masing-masing menempatkan satu wakilnya, mulai dari India dengan Saina Nehwal-nya (Tunggal Putri), Korea menempatkan Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Ganda Putra),  Denmark diwakili Mathias Boe/Carsten Mogensen, serta Thailand dengan duo Sudket/Saralee (Ganda Campuran).

Satu gelar di Ganda Putri sudah dipastikan jadi milik China setelah berhasil menciptakan All-China-Final.  Dan bisa jadi koleksi gelarnya bertambah hingga tiga melalui Li Xuerui dan Du Pengyu  di sektor Tunggal Putra dan Putri.  Tapi, tunggu dulu, keduanya ditunggu oleh pemain yang tidak sembarangan. Li Xuerui ditantang juara Indonesia Open 2009 dan 2010, sementara Du Pengyu dinanti andalan tuan rumah, Simon Santoso, yang sudah haus gelar sejak berpuasa sejak 2010 lalu.  Di dua partai lainnya juga akan tersaji pertarungan yang tak kalah seru.  Mathias Boe/Carsten Mogensen yang tengah kembali on fire mesti menghadapi ganda Korea yang konsisten performanya sepanjang tahun ini, Jung jae Sung/Lee Yong Dae.  Sedangkan partai terakhir mempertemukan ganda unggulan tuan rumah, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir dengan Sudket/Saralee.  Secara statistik pasangan ini menang di tiga pertemuannya dengan ganda utama Thailand ini.  Akan tetapi meskipun demikian pasangan ini patut diwasapadai karena di perempat final berhasil menghempaskan unggulan teratas Zhang Nan/Zhao Yunlei. 

Berikut hasil lengkapanya…

WD: Wang Xiaoli/Yu Yang (China—1) vs Zhao Yunlei/Qian Tin (China—2)
Pertarungan junior-senior ini berlangsung ketat di awal set pertamas.  Setelah melalui perjuangan tiga set melawan ganda Indonesia, Greysia Polii/Meiliana jauhrai, sehari sebelumnya, pasangan Qian Ting/Zhao Yunlei ini tidak mau begitu saja takluk di tangan seniornya.  Sudah jadi rahasia umum jika pasangan berbeda satu peringkat ini memang terbiasa saling bunuh di turnamen besar mengingat jarang ada pemain yang mampu menaklukan dua pasang ini.  Sempat mengambil alih set pertama 21-17, dua set berikutnya menjadi milik sang senior, Wang Xiaoli/Yu Yang 21-9, 21-13.

MD: Jung Jae Sung/Lee Yong Dae (Korea—2) vs Mathias Boe/Carsten Mogensen (Denmark—3)
Sempat unggul jauh di babak pertama, namun ganda Denmark mesti merelakan set pertama jadi milik Korea 23-21.  Di set kedua, sempat saling menyusul, akhirnya JJS/LYD dipaksa bermain hingga tiga set setelah diungguli Boe/Mogensen 18-21.  Set ketiga sedikit anti-klimaks karena pertarungan yang sempat berjalan ketat akhirnya diakhir dengan skor 21-11  untuk Korea.  Korea pun kembali memenangi sektor ini setelah terakhir meraihnya pada tahun 2009.  Korea pemenangnya, tapi bintang sesungguhnya yaitu LEE YONG DAE!

WS: Li Xuerui (China—4) vs Saina Nehwal (India—5)
Saina mendapat dukungan penuh sejak awal dari publik ISTORA.  Namuan, rupanya sukungan penonton yang membahana belum mampu mengangkat semangat seorang Saina, set pertama pun direlakannya untuk tunggal unggulan keempat asal China itu, Li Xuerui, 21-13.  Li Xuerui seharusnya bisa memastikan gelar kedua bagi China andai saja Saina Nehwal tidak mampu menyamakn kedudukan di angka 20-20 pada set kedua.  Momentum ini justru menjadi titik balik seorang Saina, set ekdua pun akhirnya jadi milik primadona India ini, 20-22.  Set ketiga kembali berlangsung ketat, Saina dan Li sama-sama saling mengejar poin.  Namuns epertinya atmosfer ISTORA lebih berpihak pada Saina, ia pun kembali meraih gelar ketiganya setelah menuntaskan set ketiga dengan poin  19-21.

MS: Simon Santoso (Indonesia—8) vs Du Peng Yu (China)  
Ini dia partai yang paling dinantikan publik ISTORA dan tentu saja masyarakat Indonesia.  Namanya Indonesia Open, tidak lengkap rasanya tanpa kehadiran dan bahkan kemenangan wakil Indonesia di final.  Apalagi, dua tahun terakhir ini Indonesia tanpa gelar di rumah sendiri.  Dan, ya Simon mencoba mencetak sejarah baru.  Tidak tanggung-tanggun dua sekaligus!  Mencatatkan diri sebagai pematah puasa gelar di Indonesia Open, dan yang lebih penting lagi mencatatkan namanya sebagai wakil Indonesia kesepuluh yang memenangkan turnamen ini.

Melawan Du Pengyu yang ulet dan pantang menyerah bukan suatu hal yang mudah.  Meski  ia amsih berada di bawah seniornya macam Lin Dan, Chen Jin,dan Chen Long, nmaun jangan pernah menganggap remeh kemampuan seorang pemain China.  Terbukti, walaupun akhirnya memenangi set pertama 21-18, tapi Simon mesti menghadapi perlawanan ketat sang lawan.  Malah, set kedua menjadi milik Du Pengyu 13-21, kesalahn sendiri yang berulang kali dilakukan Simon menjadi salah satu penyebabnya.  Beruntung, Simon kembali di set ketiga.  Sempat berimang di awal permainan, akhirnya Simon berhasil mengandaskan sang lawan dengan skor 21-11.  Puasa gelar dua tahun pun berakhir.  GREAT JOB, SIMON! We are really proud of you! :D

XD: Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir (Indonesia—3) vs Sudket/Saralee (Thailand)
Partai terakhir yang dihaapkan menjadi klimaks bagi Tontowi/Liliyana.  Mengulang final Swiss dan India Open, banyak yang lebih mengunggulkan tuan rumah.  Selain faktor tuan rumah, faktor unggulan ketiga pun menjadi indikator lainnya.  Menempati peringkat 9 dunia, ganda utama Thailand pun tidak diperhitungkan sebagai unggulan pada turnamen ini.  Namun, rekm jejak mereka hingga menembus final patut diwaspadai.  Keberhasilan kuda hitam ini menumbangkan unggulan pertama sala China, Zhang Nan/Zhao Yunlei tantu merupakan hasil yang lebih dari sekedar biasa, jika tidak mau disebut istimewa.

Kembali ke pertandingan.  Dukungan penuh dari publik ISTORA rupanya tidak langsung tokcer bagi pasangan nomor tiga dunia ini.  Meski berlangsung ketat di awal-awal, pasangan Thailand rupanya tampil lebih dominan dan akhirnya merebut  set pertama 17-21.  Di set kedua, pasangan Indonesia mencoba bangkit dan kahirnya berhasil memaksakan rubber game setelah balik unggul 21-17.  Sayangnya, di set terakhir pasangn Indonesia tidaak mampu mempertahankan keunggulan dan terus tertekan oleh permainan ganda Thailand.  Tertinggal 6 angka, 5-11, di paruh babak ketiga, rupanya terus berlanjut hingga akhir laga dengan skor akhir 14-21 untuk kemanngan Sudket/saralee. Very sweet revenge for Thai! 

5 Gelar, 5 Negara
Dengan demikian, maka lima gelar menjadi milik lima negara berbeda.  Sesuatu yang sangat langksa di era dominasi China hari ini.  Lima dari enam negar ayang berlaga di final ini semua mendapat gelar, kecuali Denmark yang pulang dengan tangan hampa setelah Boe/Carsten dipeccundangi Jung Jae Sung/Lee Yong Dae.  China meraih satu gelar di Ganda Putri setelah menciptakan final sesama pemain China, wajar.  India dengan Saina Nehwal-nya berhasil mengandaskan dominasi China yang menyisakan seorang Li Xuerui di Tunggal Putri.  Indonesia selaku tuan rumah akhirnya meraih gelar setelah absen dua tahun melalui perjuanga seorang Simon Santoso yang mesti bersusah payah menaklukan seorang Du Pengyu di Tunggal Putri.  Terakhir, Thailand mengandaskan mimpi peccinta bulu tangkis tanah air untuk mendominasi final Indonesia Open dengan dua gelar setelah secara meyakinkan menyudahi perlawanan jagoan tuan rumah,  Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir.  Oke, menganut asas keadilan sejahtera bagi seluruh finalis Indonesia Open 2012, ini sepertinya.:p

Berimbang dan Rubber Game
Menariknya kelima gelar tersbut diraih oleh kelimanya melalui perjuangan yang tidak mudah.  Entah berapa liter keringat yang dihasilkan jika diperas dan ditimbang *naon sih #abaikan*.  Pasalnya, kelima partai di Final Indonesia Open 2012 ini semua berkesudahan dengan rubber game!  Dari partai pertama hingga partia kelima!

Hal ini barangkali tidak terlepas dari ketatnya persaingan antar pemain dengan  rangking dan kemampuan setara.  Iya lah, semua yang bertanding di final DIO ini merupakan pemain unggulan kecuali Sudket/Saralee.  Makinmenarik karena ternyata mereka hanya terpaut satu peringkat saja.  Artinya iya secara kemampuan pun tidak ada perbedaan berarti alias setara.  Kan, terkadang ranking itu hnaya masalah seberapa banyak turnamen yang diikuti.  Adapun Sudket/Saralee yang non unggulan, mereka peringkat ke Sembilan kok, naik satu lagi aja, bakal jadi unggulan juga.  Jadi, kualitasnya ya tidak bisa disamakan dengan mereka yang memulai dari babak kulaifikasi (dengan ranking puluhan).

Makanya, gak heran ketika seluruh partai mesti sampai RUBBER GAME.  Ya, emang ketat.  Kalau kata komentatornya “mereka yang berbuat kesalahan sekecil apa pun yang akan kalah”.  Ini sangking sengitnya persaingan diantara para finalis.  Dan bener, sepakat lagi kata komentator bahwa ya inilah final ideal, yang begini, yang berimbang.  Kualitas memang gak bisa dibohongi.  Pemain berkualitas akan menghadirkan satu permainan berkualitas dan memberi satu pertunjukkan yang setara pertunjukkan seni, mengutip kata seorang budayawan asal kota kembang.  Gak rugi dan nyesel deh nontonnya sekalipun bukan Indonesia yang main, kalau semua final kayak di Indonesia Open ini.

STOP PUASA GELAR
Ini nih, intinya, menyudahi puasa gelar.  Cukup ya dua tahun puasa gelar dibayar lunas oleh kemenangan manis Simon Santoso.  Akan lebih afdol sebenarnya jika dua tahun puasa gelar dibayar oleh dua gelar di tahun ini.  Tapi, apalah daya Owi/Butet yang ditargetkan meraih emas Olimpiade London ini mesti mengakui keunggulan Sudket/Saralee melalui pertarungan RUBBER GAME.  Yasudahlah, Owi/Butet toh sudah berusaha, hanya saja memang ganda Thailand sedang begitu on fire, dan sepertinya punya tekad bulat untuk revenge.  Sedikit flash back, pasangan ini dua kali dikalahkan di final Super Series, Swiss Open dan .  Jadi sangat wajar ya kalau mereka ingin membalaskan kekalahan di hadapan publiknya sendiri.  Owi/Butet pun mungkin sedikit terbeban ya dengan harapan banyak orang apada mereka yang digadang-gadang dipersiapkan meraih emas Olimpiade.  ahh…kembali ke pokok pembicaraan, yang penting puasa gelar itu sudah terpatahkan.  Thanks Simon, thanks Owi/Butet, IN-DO-NE-SIA! :D

And, The Real Star of ISTORA is …..
Lee Yong Dae? Mungkin iya sebelum partai final antara Simon Santoso vs Du Pengyu.  Tapi, aa YONGDAE yang sudah sedari awal jadi idola publik ISTORA harus mengakui keunggulan pesona ke-cool-an Simon Santoso setelah mempersembahkan gelar pemupus puasa gelar bagi Indonesia.  Aa YONGDAE memang memesona dan akan selalu begitu dengan kecharmingannya, tapi maaf maaf aja Simon benar-benar stole the whole attention.  Bahkan ya ketidakberhasilan Owi/Butet pun jadi tidak begitu masalah gara-gara Simon *IMO*.  Pokonya hari ini Simon tiada duanya, berhasil juara Indonesia Open sekaligus juara di hatis eluruh masyarakat Indonesia umumnya, khususnya seluruh pecinta bulu tangkis di tanah air dan terkhusus yang nonton langsung di ISTORA.  Nah, khusus buat aa YONGDAE, tenang aja, sekalipun Simon stole your position in that moment, you are always win (in) my heart.  Always. :D

#FAKTAUNIKDIOSSP2012
Gak ada Dominasi China
Stop Puasa Gelar
5 Gelar 5 Negara    
All Rubber Game Final


Sabtu, 16 Juni 2012

Serba Seri EURO 2012 #JustShareMO


#Der Oranje Kritis!
Timnas Belanda yang digadang-gadang sebagai salah satu calon kuat peraih kampium Piala Eropa, di luar dugaan justru terseok-seok di fase grup.  Dikalahkan Denmark di laga pembuka dan kembali mengalami kekalahan kedua dari Jerman, membuat tim asuhan Bert Van Marwijk ini berada di ujung tanduk.  Menang di pertandingan grup terakhir melawan Portugal menjadi mutlak perlu demi mengamankan tiket ke semifinal yang masih terbuka.  Itu pun dengan dua catatan.  Pertama, paling tidak ada tiga gol yang mesti disarangkan ke gawang Portugal.  Dan, kedua Belanda layak berharap bahwa Jerman mampu mengalahkan Denmark di laga penutup grup B.  Jika salah satu saja tidak terpenuhi, maka habislah perjalan Belanda di EURO 2012 ini.

#Inggris dan Spanyol Berjaya!
Tim Spanyol yang sempat tertahan di laga pembuka setelah mendapat hasil imbang dengan Italia akhirnyamembuktikan kelasnya di laga kedua melawan Republik Irlandia.  Menampilkan Torres sejak menit awal dan mencadangkan Fabregas, strategi pelatih Vincente del Bosque terbukti jitu.  Pertandingan baru berjalan sekitar 4 menit,  Torres sudah membawa tim La Furia Roja unggul terlebih dahulu 1-0.  Kemudian, di babak kedua David Silva, Torres, dan Fabregas memperbesar keunggulan hingga 4-0.  Kemenangan ini sekaligus secara otomatis menghentikan langkah tim Irlandia sekaligus menegaskan kekuatan  sesungguhnya sang juara bertahan, Spanyol.

Di pertandingan lainnya, timnas Inggris yang di laga pembuka Grup C juga meraup hasil imbang melawan Italia akhirnya meraih tiga biji kemenangan setelah mengandaskan  perlawanan Swedia 2-1 di  pertandingan lanjutan grup D.  Hasil ini secara otomatis menghantar Ibrahimovic dkk menyusul Irlandia terhenti dari EURO 2012. Tiga biji gol kemenangan Irlandia masing-masing disarangkan oleh Andy Caroll, Theo Walcott, dan Dany Welbeck.  Kepastian tersingkirnya Swedia tak lepas dari kemenangan 2-0 yang dibukukan perancis atas tuan rumah, Ukraina. 

# GUNNERS in Action!
Para punggawa Gunners telah menjadi pahlawan tersendiri bagi negara masing-masing di pertandingan kedua fase grup EURO 2012 ini.  Selain yang masih berseragam Gunners hingga hari ini, mereka yang sudah tidak lagi tapi sempat cukup lama menjadi Gunners.  Mereka menyumbangkan gol, meski tidak melulu membawa kemenangan bagi tim mereka masing-masing.  Ada RvP dan Walcott yang masih menjadi Gunners.  Juga Bendtner, Nasri, dan Fabregas yang kini memang sudah tak berseragam Gunners, tapi sempat merasakan saat-saat manis di bawah asuhan opa AW.

RvP berhasil menyumbangkan satu gol ketika timnya, Belanda, dikalahkan 2-1 oleh Jerman pada pertandingan kedua Grup B.  Gol yang datang cukup terlambat, tetapi setidaknya mampu menjawab keraguan akan performa gilang gemilangnya bersama Gunners setelah seperti tak mampu berbuat banyak di laga pertama melawan Denmark.  Lain lagi dengan Walcott yang menjadi man of the match di laga kedua The Three Lions.  Sempat tertinggal 2-1 di pertengahan babak kedua, Walcott yang baru masuk di menit ke 72 langsung membuat gol penyeimbang yang sangat cantik dua menit kemudian.  Belum cukup, ia pun berperan besar dalam  gol kemenangan tim asuhan Roy Hodgson yang dieksekusi dengan tidak kalah cantiknya oleh Danny Welbeck.

Sementara Nasri, Bendtner, dan Fabregas masing-masing telah membukukan satu gold an memberi keeping angka bagi tim-timnya.  Nasri membukukan gol penyeimbang saat melawan Inggris di pertemuan pertama.  Bendter mencetak dua gol saat Denmark hampir saja menahan imbang Portugal sebelum akhirnya kalah 2-2.  Dan, eks kapten Arsenal, Fabregas pun menyumbang dua gol dari dua pertandingan yang telah dilakoninya bersama La Furia Roja. 

Sekalipun gol-gol tersebut tidak mampu memberi biji kemenangan bagi tim-nya masing-masing, akan tetapi setidaknya bahwa kualitas individu para pemain tersebut tentu saja tidak bisa diragukan.  Artinya, sebagai seorang GOONERS yang sayangnya tim favorit-nya di EURO kali ini masih belum pada beruntung, setidaknya masih patut berbangga dengan kemampuan yang ditunjukkan oleh para pemain ataupun mantan pemain Gunners tersebut.  walaupun sebenarnya penulis enggan ya mengakui mereka yang sudah berpaling dari tim London Utara ini, tapi yam au tidak mau sejarah telah mencatat bahwa mereka merupakan bagian dari Gunners…dulu, bahkan nama besar mereka diperoleh dari tim tersebut.

# Gunners in England’s Jersey
Jersey away timnas Inggris yang bernuansa Biru dan memasukan unsur biru turqois tidak bisa tidak mengingatkan penulis pada kostum Away Gunners.  Hanya beda design saja, selebihnya penulis fikir sama.  Okay, produsen kedua tim berbeda: Gunners Nike,  Timnas Inggris.  Tapi, akui sajalah kalau jersey-nya memang sangat Arsenal kan?  Warna yang cantik bukan?  Banyak orang yang sudah mengakui betapa kerennya jersey away tim London Utara ini.  Dan, ya sepenerawangan geje penulis, nampaknya faktor kostum ini sedikit banyak mempengaruhi performa Steven Gerrad dkk saat menghadapi keagresivan Ibrahimovic cs. 

#England Skuad’s Hug is so Awkward!
Sangat tidak mudah memang untuk menjadikan rival sebagai kawan, sebagaimana yang terajdi dengan banyak timnas di EURO 2012 ini.  Rivalitas mengakar di level klub sering kali masih terbawa hingga level timnas.  Maka, tak heran jika banyak muncul kabar si anu tidak akur dengan si anu, yang notabene rekan satu negara.  Ya, tentu menjadi satu PR besar bagi pelatih dan manajemen untuk menyatukan para pemain yang telah menjadi motor di klub-nya masing-masing.  Namun, yang mesti disadari ialah bahwa para pemain pun seharusnya mampu meredam ego pribadi demi keberlangsungan dan  kekompakan tim.  Kan, bukan lagi menjadi rahasia umum bahwa sepak bola yang mengandalkan kolektivitas tim, bukan semata skill individu, tentu saja menuntut kekompakan dalam tim menjadi hal yang mutlak perlu. 

Oleh karena itu, tidak heran jika akan terasa aneh begitu melihat mereka yang sudah terbiasa menjadi rival di level lokal (Negara masing-masing) tiba-tiba mesti menjadi kawan di level regional (baca: benua).  Seperti yang terjadi di ajang EURO Cup 2012 ini.   Saat laga Inggris melawan Swedia kemarin ada suatu pemandangan aneh saat Walcott berpelukan dengan Welbeck, Gerrad, Terry, dan Carroll.  Apanya yang aneh? Biasa toh dalam selebrai gol.  Memang seharusnya tidak ada yang aneh, tapi ya mungkin karena rivalitas di Negara masing-masing sudah kadung melekat, jadi pemandangan ketika ereka yang biasanya ‘beseteru’ di lapangan tiba-toba berpelukan….hemm…it’s so awkward for me anyway.  IMHO.

Kamis, 14 Juni 2012

Djarum Indonesia Open Super Series Premiere


Hajatan terakbar bagai insan perbulutangkisan nasional dan tentu saja internasional digelar selama seminggu ini.  Tempatnya? Dimana lagi kalau bukan ISTORA senayan! *bosen gak sih?*  yap, alagai kalau bukan Djarum Indonesia Open Super Series pake Premiere!  Udah gak mesti dijelasin lagi lah ya apa itu premiere dan blab la bla..googling aja pasti bejibun kok J.  Ada sejumlah misi *kalau banyak kesannya masruk gitu* yang dibawa para atlet Indonesia disini.  Paling tidak dua misis yang diusung: membayar hasil tanpa gelar di rumah sendiri dua tahun berturut-turut dan membayar kegagalan di Thomas Uber Cup.

Akan berhasilkah kira-kira?  Sejauh ini sih masih 50-50.  Kenapa? Karena baru sampai di Round 1 a.k.a babak 32 besar, udah bejubunnn pemain anadalan kalau gak bisa dibilang unggulan Indonesia yang pada berguguran.  Mereka yang non peletnas dan masih muda gak perlu disebutin satu-satu, kebanyakan dan terutama penulis gak pada kenal.  Nah buat pemain sekaliber pemain pelatnas pun ternyata eh ternyata teteup pada banyak yang bergurguran.  Sebut saja salah satu yang paling sulit dipercaya yaitu kekalahan ganda putra nomor 1 Indonesia saat ini, Moh Ahsan/Bona Septano.  Juniornya, Angga/Ryan pun menyusul.  Beruntung masih ada pasangan senior yang sayangnya nbelakangan mulai kurang fokus dan inkonsisten, markis Kido/Hendra Setiawan yang masih bertahan.

Di sektor lainnya, ganda putri muda andalah Indonesia Anneke/Nitya mesti mengakui keunggulan pasangan muda Cina dalam pertandingan yang berlangsung ketat.  Ada lagi Moh Rijal/Debby yang dipulangkan awal oleh pasangan d.  Nah, kalau di sektor tunggal baik putra dan putri sama-sama menyisakan sedikit pemain yang bertahan.  Dan percayakah bahwa diantara yang bertahan adalah Sonny DK yang mengawali DIOSSP ini dari babak kualifikasi dan langsung ditantang Peter Gade di R1. 

Luar biasa!  Di saat beberapa pemainmuda andalan masa depan seperti Tommy Kurniawan dipaksa mneyerah dari sesama pemain non unggulan, ini Sonny yang non unggulan bisa-bisanya mengalahkan Gade yang unggulan kedua!  Di putri, wakil Indonesia di tunggal putri OG nanti, Firdasari, mundur karena cedera saat kedudukan 7-7 melawan unggulan pertama, Wang Yihan.  Selain itu, Lindaweni yang tampil impresif di ajang Thomas Uber Cup beberapa waktu lalu, harus pulang lebih awal, bahkan sebelum masuk ke babak utama.  Masih ada Maria Febe sebenarnya, tapi sayang ia, pemain putri INA satu-satunya yang berhasil langsung menembus babak utama, ternyata tak berdaya menghadapi pemain  muda India.

#Result Round 32 DIOSSP
Dari hasil babak pertama secara keseluruhan, selain di Tunggal Putra, sektor lain relatif minim kejutan.   Di tunggal Putra, unggulan pertama Chen Jin mengundurkan diri saat tengah berhadapan dengan jan O Jogersen (Denmark).  Sementara Peter Gade ya itu dikalahkan oleh SDK. Chen Long pun hampiiir saja dikalahkan oleh M. Hafidz Hasyim (Malaysia).  Hasil maksimal yang ditorehkan SDK, diikuti pula oleh hasil positif dari sejumlah pemain Indonesia macam Taufik Hidayat, Hayom Rumbaka, dan Alamsyah Yuus yang berhasil mengalahkan lawan-lawannya. 

Di tunggal putri, taka ada kesulitan berarti yang dihadapai trio Wang yang menempati tiga unggulan teratas.  Sayangnya, pebulutangkis muda nomor satu Thailand saat ini, Ratchanok Inthanon, dipaksa menyerah lewat pertarungan ketat tiga set melawan tunggal Korea, Ju Ji Hyun.  Beruntung lah masih ada seorang Saina Nehwal yang menjadi juara bertahan turnamen ini dua kali bertutur-turut sebelum tahun kemarin dikalahkan srikandi-nya Thailand itu.  Mudah-mudahan Saina bisa terus melaju hingga ke puncak dan sempat direbut pemain lain itu di DIOSSP kali ini.  Ya, paling tidak kan bisa meminimalisisr peluang sapu bersih negaranya trio Wang.

Ganda Putri dan Putra, unggulan masih melaju, pun di Ganda campuran.  Kejutan-kejutan kecil seperti melajunya pemain non unggulan melibas pemain dengan peringkat lebih baik mewarnai ketiga sektor ini.  Namun tidak dominan.  Jika Bona Septano bersama M. Ahsan, pasangannya, dipaksa angkat koper lebih awal, maka hasil sebaliknya diraih saudara kandungnya, pasangan Markis Kido/Pia Zebadiah yang di luar dugaan bisa mengalahkan pasangan senior Denmark Thomas Layborn/Kamilla Rhytter Juhl. 

#Absennya Pemain Unggulan
Dua tunggal putra teratas duni sedari awal sudah memastikan absen di ajang berhadiah total US$ 650.000.  Sebagaimana kita ketahui bahwa tungga no 1 dunia, LCW mengalami cidera yang cukup parah di penyisihan grup Thomas Cup lalu.  Sementara Lin Dan, dengan alasan kelelahan turut absen.  Cukup? Belum, karena ternyata saat hari H, beberapa pemain menyusul absen seperti ganda putra unggulan pertama, Cai Yun/Fu Haifeng.  Dua ganda korea pun menyusul mundur yaitu Kim Min Jung/Ha Jung Eun dan Lee Yong Dae/Ha Jung Eun.  Ada juga Pi Hongyan, tunggal putri Perancis, dan beberapa pemain lainnya. 

Mundurnya Cai/Fu yang paling mengecewakan bukan saja penulis peribadi, melainkan juga seluruh pecinta bulu tangkis.  Gimana, ya, final klasik antara Cai/Fu vs JJS/LYD pasti dinantikan semua BL Lovers.  Penulis pribadi sebenanrnya sangat ingin menyaksikan duel ganda terkuat Cina itu dengan ganda terkuat Eropa, Mathias Boe/Carsten Mogensen.  Tapi, ya walaupun tanpa pemain-pemain tersebut, masih banyak pemain hebat dunia lainnya yang masih berlaga di DIOSSP kali ini.

#Momentum Emas Indonesia
Hasil minor Bona Septano/M. Ahsan, praktis menjadikan Ahhmad Tontowi/Liliyana Natsir sebagai tumpuan utama meraih gelar disini.  Bukan apa-apa, sudah dua tahun terakhir ini Indonesia tanpa gelar di negeri sendiri.  Harapan publik berlipat setelah kekalahan yang bisa dikatakan tak terduga di Thomaa-Uber Cup lalu.  Maka, kalau tadinya beban pemain hanya memecah telor gelar, maka kini sekaligus menjadi ajang pembuktian bahwa Indonesia belum sepenuhnya habis, paling tidak di nomor perorangan.

Tren positif yang ditunjukkan pasangan Tontowi/Liliyana di tahun 2012 ini tentu membuat pecinta bulu tangkis di tanah air berharap banyak pada pasangan ini.  Apalagi setelah suskes mereka meraih gelar di All England setelah sebulumnya puasa gelar tujuh tahun secara Indonesianya, dan  di secara sektor ganda campurannya.  Selain itu kemenangan SDK di ajang Thailand GPG pekan lalu mudah-mudahan bisa diulangi disini, di negeri sendiri.  Ya, setidaknya dua gelar bisa diamankan pasukan merah putih di ajang DIOSSP.  Kemenangan Tontowi/Liliyana yang dinanti-nantikan ditambah kemenangan pemain yang baru saja come back setelah dibekap cedera berkepanjangan, SDK, tentu akan menjadi peliipur lara bagi para pemain dan pecinta bulu tangkis tanah air.  Dan, disinilah, di ajang Djarum Indonesia Open Super Series, di rumah sendiri, merupakan momentum emas untuk meraih dan mewujudkan cita-cita tersebut.

EURO 2012 Polandia-Ukraina




Pesta sepak bola terakbar di Eropa resmi digelar 08 Juni lalu.  Minggu ini, ajang empat tahunan yang digelar di Polandia-Ukraina ini telah memasuki pertandingan kedua di fase grup.  Keenam belas tim yang lolos penyisihan dibagi dalam empat grup yang masing-masing terdiri atas empat tim.  Nantinya, dua tim teratas dari setiap grup akan saling berhadapan di babak knock-out yang dimulai dengan perempat final. 

Menariknya, di masing-masing grup menempatkan paling tidak dua tim unggulan didampingi tim-tim underdog.  Akan ada duel panas nan seru macam Inggris-Perancis dan Italia Spanyol.  Namun yang paling dinantikan dan membuat semua orang mengelus dada yaitu drawing di grup B yang menempatkan Belanda, Jerman, Portugal dan Denmark dalam satu grup.  Maka, tak heran jika grup ini disebut-sebut sebagai grup neraka. 

Sementara drawing grup A terbilang mulus.  Polandia, Rusia, Rep Cheska, dan Yunani menempati grup yang sama.  Sedangkan grup C dihuni oleh Italia, Spanyol, Kroasia, dan Rep. Irlandia.  Dan, terakhir grup D mempertemukan Inggris, Perancis, Swedia, ddan tuan rumah Ukraina dalam satu grup.  Perjalanan para tim unggulan di ketiga grup tersebut dipastikan akan relatif mulus.  Itu pun dengan catatan bahwa mereka tidak terjegal oleh tim-tim underdog.  Jangan salah, dalam ajang besar model begini tidak jarang tim underdog menjadi begitu superior dan kemudian keluar sebagi jawara, sebagaimana yang terjadi pada Yunani saat EURO 2004 lalu.

#Grup Neraka
Kembali ke grup neraka, menarik memang mengikuti pertandingan demi pertandingan di grup B ini.  Belanda yang diunggulkan bersama Jerman dan sang juara bertahan, Spanyol, sebagai calon kuat peraih gelar di EURO tahun ini, di luar dugaan justru kalah di laga perdana dari Denmark yang cenderung tidak diunggulkan.  Satu gol dari kembaran Jonas Rasmussen seketika mengubah peta persaingan.  Kekalahan Belanda dan disusul Portugal menempatkan keduanya berada di bawah Denmark dan Jerman yang terlebih dahulu meraih angka 3 usai memenangi laga perdana, dengan keunggulan masing-masing 1-0 saja atas lawan-lawannya.

Akan tetapi, memasuki pertandingan kedua, peta persaingan kembali mengalami perubahan.  Kali ini Portugal akhirnya berhasil meraih 3 angka setelah membungkam Denmark 2-3 melalui pertarungan sengit.  Dengan demikian, tiga dari empat tim di grup B sudah mengantongi 3 angka.  Nah, tinggal partai antara Belanda vs Jerman yang akan semakin meramaikaan atau justru memperjelas peta persaingan di grup B ini.  Akan sangat seru jika Belanda bisa mencuri tiga poin.  Bukan sekedar menyamakan poin menjadi 3, lebih jauh mengamankan posisi untuk lolos dari fase grup.  Akan menjadi suatu ironi tersendiri sekaligus anti klimaks jika tim (yang diprediksi) calon juara ini ternyata harus angkat koper lebih dahulu.

Selain itu bukan hanya tim yang akan sangat kecewa dengan hasil minor ini, tetapi juga entah berapa banyak pendukung tim berjuluk “der Oranje” yang akan sangat sangat kecewa.  Sekali lagi, sebagai salah satu tim calon jawara, pendukung tim ini termasuk yang paling banyak.  Sementara tiga tim yang lainnya, peluangnya sama  besar untuk maju ke fase grup.  Bisa dibilang demi meraih tiket ke fase knock out satu-satunya cara yang paling masuk akal yaitu dengan saling membunuh. 

Dan hasilnya (secara ini draft-nya sudah ada sebelum pertandingan Belanda vs Jerman, dan penulis enggan merombak lagi) yap, Jerman semakin merajai klasmen grup B dengan 6 poin disusul Portugal dan Denmark dengan masing-masing 3 poin, dan Belanda tidak beranjak dari posisi juru kunci tanpa poin.  Tentu suatu kondisi yang teramat genting bagi tim unggulan sekelas Belanda.  Kesempatan itu masih belum tertutup sama sekali, namun pra syarat untuk bisa menemani Jerman tidak semudah itu.  Paling tidak ada dua kondisi yang mesti terpenuhi agar tim asuhan Rud Van Marwijk ini lolos ke fase KO: pertama, di partai grup trakhir WAJIB mennag setidaknya 3-0 atas lawannya, Portugal; dan kalaupun ia terwujud tapi jika di partai lainnya Jerman tak mampu membungkan Denmark, maka kemenangan sebesar apa pun akan sia-sia.

# Kebangkitan Tim-tim  Medioker (baca; Unggulan yang tidak begitu diunggulkan)
Italia, Perancis, dan tentu saja Inggris merupakan tim unggulan yang tidak begitu diunggulkan.  Dari segi prestasi tim dan jajaran pemain jelas ketiga tim tersebut bisa disejajarkan dengan Bealanda, Jerman, dan Spanyol.  Namun, di luar hal tersebut sejumlah hal non teknis membuat ketiga tim ini dipandang sedikit berada di bawah ketiga tim tadi.  Italia dengan kasus calciopoli-nya; Perancis dengan rekor buruknya di EURO 2008 dan World Cup 2010; Inggris dengan sejumlah polemik internal yang cukup menganggu seperti pencoptaan ban kapten John Terry yang berakibat mundurnya Fabio Capello dari bangku pelatih saat EURO  semakin dekat dan sejumlah kasus skandal lainnya yang melibatkan sejumlah pemain. 

Namun, dari hasil pertanndingan di laga pertama, ketiga tim ini  menunjukkan tren yang cenderung positif, meski hanya meraih hasil imbang saja.  Italia dan Perancis malah bisa menjadi penantang paling serius.  Sementara Inggirs, dari permainan saat melawan perancis di laga perdana Grup D, meski berhasil unggul lebih dahulu, secara statistic keseluruhan masih di bawah Perancis.   Penulis sendiri melihat jalannya pertandingan kemaren terpesona oleh permainan Gil Azzuri yang bisa mengimabnagi permainanan tiki taka ala La Furi Roja.   

Peluang Tim Underdog
Tim unggulan sudah, tim unggulan yang tidak diunggulkan sudah, sekarang giliran tim underdog, alias tim yang tidak diunggulkan.  Tuan rumah, sudah barang tentu menjadi tim pertama yang wajib diwaspadai.  Ingat kasusu Yunani, sebagai tuan rumah yang tidak diunggulkan, eh ia justru keluar sebagai juara.  Ada apakah? Faktor X tuan rumah, tentu sedikit banyak berperan besar.  Kan sering dikatakan bahwa faktor tuan rumah sering kali menajdi faktor X itu sendiri bagi tim tuan rumah.  Dukungan publik tuan rumah, semangat sebagai tuan rumah.  Polandia dan Ukraina patut mendapat tempat spesial sebagai tim yang patut diwaspadai.

Menyusul kemudian Kroasia, Rep. Cheska, Rusia, dan pastinya Denmark.  Belanda dan hmpir saja Portugal telah merasakan betapa kuatnya dinamit yang dimiliki tim-nya Nicklas Bendtner ini.  Kroasia, Rusia, dan Rep Cheska sama-sama belum mengalami kekalahan di pertandingan fase grup.   Intinya sih, untuk para tim unggulan jangan agul *alah* oleh keunggulan kalian karena fakta (yang lalu-lalu) membuktikan bahwa dalam pertandingan seperti ini status unggulan bukan jaminan bagi suatu tim untuk serta merta memenanagi pertandingan demi pertandingan dan lantas menjadi juara.

Bukan tanpa alasan.  Melihat performa para unggulan di pertandingan pertama, Belanda kalah 1-0 Denmark; Jerman hanya menang tipis 1-0 dan sedikit lebih beruntung daripada Portugal; dan, Spanyol harus rela ditahan imbang oleh Italia.  Tapi, hasil di laga pertama tersebut tidak bisa begitu saja dijadikan ukuran utama perjalanan masing-maasing tim ke depannya.  Sebagian besar masih harus menjalani dua laga tersisa di fase grup.  Baru  minggu depan kita, publik pecinta bola di seluruh dunia, disuguhi peta kekuatan yang sebenarnya dari masing-masing tim.  Apakah para tim unggulan tersebut masih layak disebut unggulan?  Sampai sejauh mana kejutan-kejutan yang akan diberikan  oleh para tim underdog? Bagaimana pula nasib tim-tim unggulan yang kurang diunggulkan?  Siapakah kampium Eropa tahun ini, sang juara sesungguhnya?  Yuuk terus nantikan perjalanan dan perkembangan EURO 2012 ini hingga partai puncak, tanggal 1 Juli nanti.  

Soegija: It's Not Really About Him!



Film teranyar dari ayah dan mertua sutradara terpuji dan terbaik versi FFB dan FFI ini berkisah tentang semangat perjuangan dan nlai-nilai kemerdekaan dan kemanusiaan dari seorang Soegija.  Siapa Soegija? Beliau merupak uskup katholik pribumi pertama di Indonesia.  Beliau diangkat menjadi uskup di tahun 1940 di masa-masa kritis jelang kemerdekaan.  Belum sembuh betul dari tekanan Belnada, rakyat malah dibuat makin menderita saat Jepang mengambil alih kekuasaan.  Adik dipaksa berpisah dengan kakaknya, ibu dipisahkan secara paksa dengan anaknya.  Belum lagi mereka yang tersisa di Semarang akhirnya terpaksa mengungsi ke Yogya yang saat itu menjadi Ibu Kota sementara demi keamanan dan keselamatan, tak terkecuali sang uskup.

Perang belum juga usai.  Ternyata di Yogya suasana malah dalam beberapa hal memburuk.  Sebenarnya keadaan sempat membaik pasca kekalahan Jepang atas sekutu yang dilanjutkan dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.  Akan tetapi semuanya menjadi sia-sia dan malah berujung dengan peperangan pasca pengkhianatan Belanda melalui Agresi Militernya di tahun 1947dan 1949.  Barulah setelah ada perjanjian gencatan senjata, dan Belanda pun berangsur-angsur meninggalkan Indonesia, seperti kata Soegija, kini tinggal berjuang mempertahankan dan mengisi kemerdekaan melelui politik. 

Lalu bagaimana dengan mereka yang terpisahkan?  Mariyem (Annisa) yang terpisah dari mas-nya, Maryono (M Abbe. ) harus tegar menghadapi kenyataan bahwa mas-nya yang sempat menjanjikan akan pulang untuk mneyaksikannya jadi perawat ternyata sudah terbujur kaku.  Sedang Ling Ling (Andrea Reva) yang dipidahkan dari ibunya (Olga Lidya) lebih beruntung karena bisa berkumpul kembali dengan sang bunda setelah terpisah selama lima tahun. 

Selain tokoh-tokoh di atas, Romo Soegija dikelilingi oleh sejumlah tokoh lainnya.  Ada Targimin, asisten setianya.  Ada seorang penyiar radio yang sangat setia dan up to date mnginformasikan kejadian terkini.  Ada pula Hendrick, seorang wartawan asing asal belanda yang menginap di Hotel Asia milik wanita Jawa  Berbeda dari rekan senegarnya Robert yang sangat menikmati peperangan dan tergabung dalam pasukan belanda yang menduduki Semarang-Yogyakarta, ia jutru berpihak pada pribumi bahkan jatuh hati pada Mariyem.  Sementara Robert yang cenderung tak punya hati bisa tesentuh juga olah tangisan seorang bayi mungil.  Masih ada Banteng, pejuang yang memiliki masalah mental sehingga tak memiliki kecerdasan sebagaimana remaja seusianya (bahkan oleh anak kecil pun kalah).

Kehadiran tokoh-tokoh pendamping sang Romo berikut konfliknya membatasi frekuensi kehadiran sang romo.  Alhasil, judul “Soegija” yang sejatinya menjadikan tokoh yang dicatut namanya sebagai judul film ini sebagai pusat utama, jadi seperti pendapat kebanyakan penonton yang sudah melihat  film ini bhawa judulnya menjadi terasa kurang pas.  Tokoh Romo Soegija bagi penulis pribadi ya, disini, hadir tak ubahnya peran Pak Haji di “Islam KTP”, iya perannya penting tapi bukan yang utama.  IMHO ya itu.

Di luar itu dari sisi teknis, gambar, detail make up, kostum, dan setting sangat terasa nyata.  Sangat layak diapresiasi.  Ya, kalaupun kita tidak akan mengenali sosok Soegija secara detail lewat film ini, paling tidak kita ngeh dengan siapa itu Soegija.  Dan, sepertinya bung Garin memaksa kita untuk penasaran dengan tokoh ini dan lantas mendalaminya sendiri, dengan membaca biografinya misalkan.  Who knows.   Intinya, tidak bosan-bosan penulis menghimbau, gih nonton buruan cepetan soon pergi ke BIOSKOP terdekat kesayangan Anda! J


Minoritas di antara (Bukan) Mayoritas
Aroma pas nonton film ini itu…wiiw BGT.  Hari itu hari ahad kan jadi crowded-nya uwow BGT lah.  Penulis nonton yang jam  7 malem, dan beli tiket jam 5.30.  dan, betapa kagetnya pas mau pilh bangku, tinggal tersisa 5-6 jajar terbawah!  Padahal itu sampai O apa P gitu.  Penulis akhirnya memilih duduk di J.  dari A-I, semua penuh dan hanya menyisakan dua bangku kosong, itu pun terpisah.  Sedangkan penulis nonton berempat.  Hemm..sebenernya penulis dan dua teman sudah tiba sejak jam 5, tapi kami menunggu satu teman lain makanya baru beli tiket jam segitu, dan…untung kami tidak menunda lebih lama lagi *batin penulis dalam hati*. 

Belum cukup!  Pas nonton masuk studio nih ya, berhubung penulis mampir dulu ke kamar mandi yang saking crowded-nya itu bioskop sampai menjalar ke kamar mandi segala *aihh*.  Nah pas masuk itu 70% bangku bioskop udah ada penghuninya, dan ketika ditilik-tilik, hey….nampaknya ini sebagian besar penonton adalah rombongan keluarga, sekolah, dan lain-lain.  Iyap! Kan, meskipun ditidak-tidak, bahwa itu bukan film biopic layaknya Sang Pencerah, tapi judul Soegija itu mau tak mau ya menjadi daya tarik sendiri bagi kalangan tertentu, kembali seperti halnya sang Pencerah.  Pokoknya nuansa-nya mengingatkan saat penulis menonton sang Pencerah bersama rombongan keluarga, sekitar 20 orang-an saat itu.  Ada yang salah? Tentu saja sama sekali tidak.

Akan tetapi yang menarik adalah, mengacu pada sub judul di atas, bahwa penulis jadi merasa seperti minorotas dinatara minoritas, yang itu kurang begitu nyaman.  Mohon maaf, tidak ada unsur SARA sama sekali disini.  Sekali lagi TIDAK ADA UNSUR SARA!  Maksud penulis adalah kan sebegaimana kita ketahui bahwa muslim menjadi agama mayoritas disusul kristiani di negeri ini.  Nah, berhubung identitas kemusliman seseorang bisa dengan mudah teridentifikasi dari jilbab-nya, jadi mengidentifikasi muslim diantara non muslim tidak akan sesulit mengidentifikasi non muslim di antara muslim.  Jadi, atmosfer pas masuk studio kemarin memang rada-rada aneh ya, berasa semua mata memandang *aahh…itu mah emang dasar penulisnya yg ke-GR-an*.   Dan penulis sempat curi-curi pandang dan  rasanya tidak menemukan lagi yang berkerudung selain penulis dan dua teman penulis lainnya entah jika terselubung.

 Tapi no offense ya, sedari awal penulis memutuskan nonton film ini sama sekali tidak ada pikiran macam-macam.  Motifnya murni sebagai pecinta film Indonesia yang cinta dan mendukung penuh film Indonesia berkulitas.  Jadi sekali lagi no offense ya, hanya ingin berbagi sedikit pengalaman saat menonton film ini saja, that’s all.